SOLOPOS.COM - Ilustrasi mudik dengan bus (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, JAKARTA -- Pemerintah melalui Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PKM), Muhajir Effendi mengumumkan pelarangan semua masyarakat untuk mudik Lebaran, mulai 6-17 Mei 2021.

Seperti tahun lalu, larangan mudik Lebaran tahun ini juga untuk menekan kasus Covid-19 yang mungkin terjadi setelah mudik. Berkaca pada beberapa kali libur panjang, angka penularan Covid-19 pasti meningkat signifikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut pengamat transportasi yang juga Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, adanya pelarangan mudik pada kenyataannya di lapangan pasti akan ada pelanggaran.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga : Sleeper Bus Laksana Dijiplak Perusahaan Karoseri Di Bangladesh

"Jika tidak dilarang, susah dibayangkan jutaan manusia mudik seperti tidak ada pandemi dan pasti juga nantinya akan ada ledakan penderita Covid baru pasca-Lebaran. Memang banyak energi yang harus dikeluarkan di lapangan, itu harga yang harus ditanggung pemerintah," kata Djoko melalui keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Minggu (28/3/2021).

Djoko menilai, kalau tidak ditangani dengan serius pelarangan mudik ini akan mengulang libur panjang dan libur lebaran tahun lalu. Menurutnya, Polri yang memiliki wewenang di jalan raya tidak mampu melarang sepenuhnya mobilitas kendaraan.

Masyarakat punya cara mengakali dengan berbagai macam. Misalnya, tahun lalu ada yang menjadikan truk sebagai kendaraan angkutan orang hingga lewat jalan tikus. "Dampak lain yang diperkirakan, seperti angkutan umum pelat hitam akan semakin marak. Kendaraan truk diakali dapat digunakan mengangkut orang. Bisnis PO Bus resmi makin terpuruk setelah tahun lalu juga mengalami masa suram. Pendapatan akan berkurang dan menurun drastis. Mudik menggunakan sepeda motor masih mungkin dapat dilakukan karena jalan alternatif cukup banyak dan sulit dipantau," sebut Djoko.

Baca Juga : Bio Lab Level 2, Bus Laboratorium Canggih Buatan Laksana Ungaran

Dia membeberkan, data dari Dinas Perhubungan Jawa Tengah pada saat musim pelarangan mudik Lebaran 2020, sebanyak 1.293.658 orang masuk ke Jawa Tengah. Potensi mudik Lebaran ke Jawa Tengah tahun 2020 diprediksi sebanyak 5.956.025 orang, tidak mudik 3.335.374 orang (56 persen), mudik 2.203.729 orang (37 persen) dan mudik dini 416.922 orang (7 persen).

Dia juga menyoroti penggunaan frasa larangan tapi masih banyak pengecualian yang dilakukan. Menurutnya, tidak perlu ada pengecualian larangan mudik sehingga hasilnya akan lebih terasa manfaatnya. "Rencana operasi di lapangan harus diperbaiki, tidak seperti tahun lalu hanya mampu menghalau kendaraan roda empat ke atas. Sementara sepeda motor dapat melengang sampai tujuan, karena banyak jalan pilihan yang dapat dilalui. Keterbatasan anggaran dan aparat Polri menjadi kendala," ucap Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya