SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, </b><b>NAYPYIDAW</b><b> &ndash;</b> Pemerintah Myanmar menyangkal laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang praktik genosida yang dilakukan militer terhadap warga muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Pemerintah menilai laporan tersebut berat sebelah.</p><p lang="zxx">Pemerintah Myanmar mengaku tidak memberikan pencari izin kepada tim pencari fakta dari PBB masuk ke negara mereka. Alasan itulah yang membuat mereka menolak laporan dari PBB tentang dugaan genosida yang dilakukan militer terhadap warga Rohingya.</p><p lang="zxx">"Kami tidak mengizinkan tim pencari fakta (FFM) <a href="http://news.solopos.com/read/20180826/497/936155/kofi-annan-dimakamkan-di-ghana-13-september-2018">PBB</a> masuk ke Myanmar. Itulah sebabnya kami tidak setuju dengan laporan yang dibuat oleh Dewan Hak Asasi Manusia," kata juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, seperti dilansir <i>Aljazeera, </i><span style="font-style: normal;">Rabu (29/8/2018). </span></p><p lang="zxx">Zaw Htay menambahkan, pemerintah Myanmar telah membentuk tim penyidik independen untuk menanggapi tuduhan palsu dari PBB dan sejumlah komunitas lainnya. Lewat tim tersebut, mereka berusaha membuktikan tidak terjadi genosida di Rakhine, Myanmar.</p><p lang="zxx">"Kami tidak akan menoleransi pelanggaran hak asasi manusia. Kami bakal mengambil tindakan keras untuk menanggapi tindakan tersebut," sambung Zaw Htay.</p><p lang="zxx">Selanjutnya, Zaw Htay <a href="http://news.solopos.com/read/20180825/497/936033/2-tahun-lagi-gaza-tak-bisa-dihuni">mengecam</a> Facebook yang menarik akun milik kepala militer Myanmar dan petinggi militer lainnya. Menurutnya, hal itu dapat menghambat upaya pemerintah dalam melakukan rekonsiliasi nasional.</p><p lang="zxx">Sementara itu, tim pencari fakta dari <a href="http://news.solopos.com/read/20180824/497/935890/anak-anak-swedia-terjangkit-sindrom-hilang-jiwa">PBB</a> mengatakan telah menemukan bukti tindakan genosida yang dilakukan di Rakhine, Myanmar. Mereka menyebut tindakan militer Myanmar sebagai kejahatan yang sangat keji dan harus dihukum oleh Mahkamah Internasional.</p><p lang="zxx">Seperti diketahui, krisis di Rakhine menyebabkan sekitar 700.000 orang Rohingya meninggalkan Myanmar. Mereka terpaksa mengungsi ke sejumlah negara tetangga, salah satunya Bangladesh, untuk menghindari pembunuhan massal yang dilakukan militer Myanmar.</p><p lang="zxx">Ketua tim pencari fakta <a href="http://news.solopos.com/read/20180824/497/935850/warga-venezuela-makan-daging-busuk-sampai-jadi-psk-demi-bertahan-hidup">PBB</a>, Marzuki Darusman, berbicara di Jenewa, Swiss, dalam sesi panel bersama dengan anggota Dewan Keamanan tentang hasil temuannya pada Senin (27/8/2018). Dia dan timnya mengumpulkan bukti berdasarkan 875 wawancara dengan saksi dan korban, termasuk foto serta video yang telah diverifikasi.</p><p><span lang="zxx">"Para korban merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang paling menyedihkan. Pelaku kejahatan tersebut semestinya dihukum dengan berat. "</span><span lang="zxx">Ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengerikan. Pelakunya harus dihukum dengan berat," kata Marzuki Darusman. </span></p><p><span lang="zxx">Setelah mendengarkan laporan tersebut, sejumlah perwakilan negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Swedia, menyerukan agar para pemimpin Myanmar dimintai pertanggung jawaban terkait kasus genosida tersebut.</span></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya