SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, YANGONDua wartawan Reuters yang bekerja keras meliput krisis Rohingya di Myanmar akhirnya dibebaskan, Selasa (7/5/2019). Kedua wartawan bernama Wa Lone dan Kyaw Soe Oo itu sebelumnya dipenjara akibat laporan investigasi yang ditulis tentang krisis Rohingya.

Diberitakan The New York Times, kedua wartawan Reuters itu akhirnya dibebaskan setelah lebih dari setahun dibui. Mereka bisa menghirup udara segar berkat ampunan yang diberikan Presiden Myanmat, Win Myint, dalam program amnesti massal. Kedua wartawan tersebut dibebaskan bersama 6.000 tahanan lain yang mendapat grasi.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Pemerintah Myanmar membebaskan tahanan pada tahun baru sesuai dengan penanggalan khusus yang berlaku sesuai tradisi. Adapun program amnesti massal ini diterapkan sejak sebulan lalu, atau saat tahun baru yang jatuh pada 17 April 2019.

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo disambut sejumlah wartawan yang sengaja menunggu di luar Penjara Insein di Yangon, Myanmar, Selasa pagi. Keduanya tampak tersenyum saat melenggang keluar penjara. “Saya sangat bahagia dan senang bisa melihat keluarga dan teman-teman lagi. Saya tidak sabar melihat ruang kerjaku lagi,” kata Wa Lone seperti dilansir Reuters.

Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen Adler, memuji kedua anak buahnya yang disebut sebagai jurnalis pemberani. “Sejak ditangkap 511 hari lalu, mereka telah menjadi simbol pentingnya kebebasan pers di dunia. Kami menyambut kedatangan mereka kembali,” terang Stephen Adler.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Wa Lone, 33, dan Kyaw Soe Oo, 29, mendekam ditahan di penjara Myanmar sejak Desember 2017. Keduanya dituding melanggar undang-undang rahasia negara. Pada September 2018 lalu, mereka dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.

Vonis itu diduga dijatuhkan terkait laporan investigasi tentang pembantaian 10 pria Rohingya pada Agustus 2017. Dalam laporan tersebut, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo mencurigai aparat keamanan Myanmar di Rakhine yang bertanggung jawab atas pembantaian.

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo sebelumnya telah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Yangon. Mereka melampirkan bukti dugaan jebakan polisi dan mencoba menjelaskan kurangnya bukti yang dipakai untuk mendakwa. Namun, Pengadilan Tinggi Yangon menolak banding tersebut pada Januari 2019.

Kasus penangkapan dua wartawan Reuters itu menjadi sorotan masyarakat dunia. Para wartawan, pembela hak asasi, dan sejumlah pemimpin negara menuntut Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dibebaskan. Kasus ini pun mengubah pandangan sejumlah pihak tentang Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang meraih Nobel Perdamaian. Aung San Suu Kyi terus dikecam hingga kehilangan sejumlah penghargaan bergengsi yang diterimanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya