SOLOPOS.COM - Ilustrasi santri meninggal dunia karena dianiaya senior. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com, BOYOLALI — Suasana duka masih menyelimuti kediaman almarhum Sekretaris Desa (Sekdes) Talakbroto, Kecamatan Simo, Rohman, Minggu (19/1). Tikar berukuran lebar masih terbentang di ruang utama.

Di ruang itu pula, istri almarhum, Siti Komariah, bercerita panjang lebar mengenai kepergian Sekdes, sebelum sempat menempati tempat kerja yang baru di Kantor Desa Jipangan, Banyudono.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kedatangan Solopos.com ke rumah kediaman juga untuk mengkonfirmasi santernya kabar bahwa Rohman sakit setelah mendapat pemberitahuan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Boyolali bahwa pihaknya akan di mutasi ke Jipangan, Banyudono. Rohman sendiri meninggal dunia Jumat (17/1/2014) siang di RS Yarsis Solo setelah empat hari di rawat di rumah sakit tersebut.

Kepada Solopos.com, Siti membenarkan bahwa Rohman merupakan salah satu sekdes di Boyolali yang kena mutasi. “Alasan mutasi saya tidak tahu, bapak juga tidak tahu. Permasalahan yang menyebabkan mutasi kami juga tidak tahu. Memang sebagai PNS setelah enam tahun menjadi sekdes harus mau dipindah kemana-mana. Kami sadar betul akan aturan itu,” kata Siti, Minggu.

Ekspedisi Mudik 2024

Bahkan sesaat tahu adanya mutasi itu, Siti sudah berusaha untuk menenangkan pikiran sang suami. “Saya sudah sampaikan, bab mutasi itu ora usah dipikir. Sing penting bapak itu ora korupsi ora ngapusi, jadi pergi tidak meninggalkan kesan buruk apapun.”

Diketahui, Rohman sudah sempat melihat Kantor Desa Jipangan sebagai tempat kerja baru yang akan dia tempati, dua hari sebelum masuk rumah sakit. “Tapi memang belum sempat tunjuk muka.”

Dari penuturan Siti, selama di rumah sakit dia dimintai keterangan secara mendetail oleh dokter dan perawat mengenai kondisi Rohman. “Seperti, ada permasalahan apa? Anaknya berapa? Apakah sudah pernah jatuh? Saya kira bapak itu cuek kalau memendam sesuatu saya juga tidak tahu. Kemudian saya bilang ke dokter, bapak baru saja dimutasi,” tutur Siti.

Dokter pun hanya menyebutkan ada penyumbatan pembuluh darah di kepala. Menurut sejarah, Rohman memang jarang sakit. Siti menegaskan bahwa pihaknya enggan mengkaitkan kabar mutasi itu dengan wafatnya sang suami.

“Orang meninggal itu sudah kehendak Allah SWT. Hanya kebetulan bapak meninggal saat ada mutasi itu. Saya sudah ikhlas dan tidak mau menuduh siapapun, kalau ada yang menyangkutpautkan kematian dengan mutasi itu biar urusan mereka-mereka.”

Salah satu warga Talakbroto, Adi Mulyo Nugroho, juga mengatakan bahwa di masyarakat Simo kabar yang santer beredar adalah Sekdes meninggal dunia begitu tahu kena mutasi ke wilayah yang jaraknya sangat jauh dari tempat asal.

“Sekdes sempat ngobrol dengan saya sehari sebelum masuk rumah sakit. Sekdes memang terlihat sedikit bingung dan kaget dengan kabar mutasi itu,” kata Adi.

Bagi warga Talakbroto, menurut Adi, kabar mutasi Sekdes itu cukup mengagetkan. Apalagi, kata Adi, pengganti Sekdes yang baru sebelumnya adalah seorang satpam rumah sakit yang sudah menjadi pegawai negeri. “Dan dia berasal dari luar desa. Setahu kami, dari peraturan daerah yang ada, sekdes berstatus PNS bisa digantikan oleh masyarakat sipil lainnya yang berasal dari desa itu sendiri, bukan dari luar wilayah.”

Rohman sendiri diketahui sudah 15 tahun menjabat sebagai perangkat desa di Desa Talakbroto. Direktur Pusat Kajian Pencerahan Politik Indonesia (PKP2I), Thontowi Jauhari, yang juga warga Simo berpendapat bahwa mutasi sekdes yang dilakukan Pemkab Boyolali sama sekali tidak ada urgensinya.

“Saya melihat berbagai kritik dan masukan kepada Bupati terkait mutasi yang sewenang-wenang itu kok ndak bisa dihentikan. Lagi pula mutasi Sekdes apa urgensinya?”

Ada sekdes di wilayah Boyolali timur yang dimutasi ke pucuk Boyolali bagian barat. Bahkan dari informasi yang diterima Espos, ada sekdes di wilayah Simo yang dimutasi sampai ke Musuk. “Bupati seolah menutup rapat hati, telinga dan matanya terkait masukan dari masyarakat. Hal ini sama sama representasi seorang penguasa yang otoriter dan bukan seorang nasionalis.”

Kabag Pemerintahan Desa (Pemdes) Setda Boyolali, Purwanto, membenarkan bahwa ada mutasi sekdes berbarengan dengan mutasi pejabat eselon.

“Saya lupa berapa jumlah sekdes yang dimutasi dan kapan mulai penempatan di wilayah kerja baru. Karena saya sendiri juga belun dapat data pasti dari BKD. Yang jelas, sekdes itu bukan pejabat struktural tapi staf yang diperbantukan, jadi mutasi ini diluar angka 58 pejabat eselon yang dimutasi kemarin.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya