SOLOPOS.COM - Sejumlah petugas pemadam kebakaran Klaten memusnahkan sarang tawon ndas atau tawon gung di Pedan, Klaten, Rabu (29/3/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Petugas Damkar Klaten menghadapi ancaman disengat tawon dan dehidrasi saat menumpas sarang tawon.

Solopos.com, KLATEN — Setiba di depan rumah Agus Priyanto, 35, warga Sobayan RT 002/RW 009, Sobayan, Pedan, ketiga petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Klaten itu bergegas mengenakan pakaian tahan api.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Masing-masing petugas Damkar Klaten, Fendy, Sungkono, dan Nugroho mengenakan pakaian warna merah itu dibantu petugas Damkar Klaten lainnya. Dalam kondisi kering, satu pakaian tahan api beratnya berkisar lima kilogram.

Sedangkan dalam kondisi basah, pakaian tahan api bisa seberat 10 kg hingga 15 kg. Rabu (29/3/2017) siang itu, Fendy, Sungkono, dan Nugroho tidak dalam rangka memadamkan kobaran api sebagaimana yang menjadi tugas utama mereka.

Mereka mengenakan seragam tahan api berwarna merah itu untuk melindungi tubuh dari serangan tawon. Mereka sedang membantu memusnahkan sarang tawong ndas atau tawon gung di rumah warga Pedan.

Sarang tawon berdiameter 30 cm itu dianggap sudah meresahkan warga di Sobayan. Setiap kali warga melintas di depan rumah Agus Priyanto selalu dihantui waswas lantaran takut disengat tawon ndas.

Saat memusnahkan sarang tawon, petugas Damkar Klaten itu tak cukup mengenakan pakaian tahan api. Di balik seragam itu, mereka masih menggunakan selembar kain untuk menutupi bagian leher.

Petugas Damkar Klaten itu juga mengenakan helm agar terhindar dari sengatan tawon. Sungkono Cs. itu juga mempersenjatai diri dengan penyemprot serangga, arit, sapu lidi, dan blower.

Fendy bertugas mengambil sarang tawon yang menempel di kayu usuk di rumah milik Agus Supriyanto. Sungkono bertugas menghalau tawon yang menyerang Fendy. Sedangkan Nugroho bertugas membawa sarang tawon seukuran bola sepak yang sudah dimasukkan ke dalam sarung oleh Fendy.

Sesaat setelah sarang tawon diambil dari Fendy, ratusan tawon langsung mengerubungi Fendy. Sungkono yang berada di belakang Fendy berusaha mengusir tawon dengan alat penyemprot serangga.

“Fendy, ojo kakean obah. Semakin obah, tawon-tawon itu akan menyerang secara membabi-buta,” teriak Irwan Santoso, petugas Damkar Klaten lainnya yang mengawasi jalannya evakuasi sarang tawon.

Koordinator Pemusnahan Sarang Tawon di Pedan, Tri Hatmoko, mengatakan pemusnahan sarang tawon menjadi pekerjaan tambahan petugas Damkar Klaten dalam beberapa bulan terakhir. Mulai Januari 2017 hingga akhir Maret 2017, Damkar Klaten sudah memusnahkan 20-an sarang tawon di Kabupaten Bersinar.

Beberapa anggota Damkar Klaten mempelajari metode pemusnahan sarang tawon dengan mencari referensi di Internet. Setelah dirusak, bekas sarang tawon diolesi oli agar tak digunakan sebagai rumah tawon lagi.

“Selain di Pedan, kami juga memusnahkan sarang tawon di Karangdowo dan Juwiring. Total sarang tawon yang akan kami musnahkan dalam waktu dekat mencapai 11 sarang. Kami harus menerima tugas tambahan ini karena sengatan tawon ndas atau tawon gung ini sudah menelan korban meninggal dunia, Andita, 5, di Karangnongko beberapa waktu lalu [pelayanan secara gratis],” katanya.

Salah satu petugas Damkar Klaten, Sungkono, mengatakan mengenakan pakaian tahan api di bawah terik matahari menjadi tantangan tersendiri baginya. Pria yang sudah mengabdikan diri sebagai petugas Damkar Klaten sejak 2011 ini bersedia menerima tugas tambahan, yakni memberantas sarang tawon bersama teman-temannya.

Selain Sungkono, Fendy, dan Nugroho, petugas Damkar Klaten yang memperoleh tugas tambahan itu, seperti Irwan Santosa, Tri Hatmoko, Edi, Aldo, Doni, Sungsan, Heri, Barata. “Saat mengenakan pakaian tahan api itu suhu tubuh menjadi panas. Makanya, setelah tugas memusnahkan rampung, pakaian ini segera saya lepas. Saya pun langsung minum air sebanyak satu liter secara bertahap agar tidak dehidrasi. Selama saya menerima tugas tambahan ini, saya juga pernah disengat tawon. Rasanya senut-senut. Rasa itu baru hilang setelan tiga hari,” katanya.

Keponakan pemilik rumah yang terdapat sarang tawon, Parno, 43, mengaku berterima kasih atas kepedulian petugas Damkar Klaten yang telah memusnahkan sarang tawon di tempat pakliknya, Agus Priyanto. “Tawon-tawon itu belum sempat menyengat warga. Tapi, kami khawatir juga. Apalagi, sudah ada yang meninggal dunia karena sengatan tawon. Sarang tawon di rumah paklik saya ini memang sudah dilaporkan ke Damkar Klaten lima hari lalu,” kata Parno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya