SOLOPOS.COM - Lesung yang menjadi aset warga RW 004, Dukuh Barepan Wetan, Desa Barepan, Kecamatan Cawas menjadi sarana warga untuk latihan saban hari. Foto diambil Minggu (7/8/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Setiap kampung di Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Klaten memiliki kelompok kesenian gejog lesung. Semula, lesung milik warga digunakan menumbuk padi.

Warga Barepan pernah berkolaborasi dengan musisi Eka Gustiwana pada 2018. Kala itu, Eka berkolaborasi dengan musisi lokal, mengambil bunyi-bunyian khas setempat. Salah satunya gejog lesung di Barepan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu warga RW 004, Dukuh Barepan Wetan, Desa Barepan, Ari Suryana, mengatakan kedatangan Eka Gustiwana ke Barepan kala itu secara spontanitas.

“Kami sebenarnya tidak tahu. Kalau tidak salah waktu itu Mas Eka Gustiwana membuat proyek musik, salah satunya berkolaborasi dengan musik lesung. Setelah dicari, dapatnya di daerah Klaten, di Kecamatan Cawas. Ketemunya di Barepan. Waktu itu dia datang ke Koramil. Kemudian diantar ke Barepan dan kebetulan ke wilayah RW kami,” kata Ari saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (8/8/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Ari menjelaskan awalnya warga memainkan gending ciptaan Ki Narto Sabdo menggunakan lesung. Lantaran berkaitan dengan hak cipta, warga kemudian diminta memainkan bunyi-bunyian menggunakan lesung dan direkam langsung oleh tim Eka Gustiwana.

Baca Juga: Jadi Ikon Desa! 14 Kelompok Ikuti Festival Gejog Lesung Barepan Klaten

Hasil bunyi-bunyian lesung yang dimainkan warga Barepan dikolaborasikan dengan musisi lainnya oleh Eka menjadi satu karya berjudul Tersimpan di Hati.

“Itu seluruhnya spontanitas saja dan berlangsung dalam satu hari,” kata Ari.

Ari menjelaskan lesung yang digunakan untuk rekaman merupakan lesung tua yang berumur lebih dari setengah abad atau 50 tahun. Lesung yang terbuat dari bahan kayu sambi itu memiliki panjang 3 meter dengan lebar sekitar 60 sentimeter.

Dulunya, lesung milik salah satu warga itu digunakan menumbuk padi. Setelah sang pemilik meninggal dunia serta perkembangan teknologi mesin penggiling padi, lesung itu menganggur.

Baca Juga: Gejog Lesung, Seni Musik Tradisional Agraris dari Mataraman 

Lesung itu lantas dimanfaatkan warga untuk melestarikan kesenian gejog lesung. Secara turun temurun warga di Desa Barepan termasuk di RW 004 memainkan musik gejog lesung.

“Kalau sekarang di wilayah RW kami sekitar 70 persen warga bisa memainkan gejog lesung. Dulu pernah digelar lomba gejog lesung khusus satu RW dan saat itu jurinya dari ISI Surakarta. Kebetulan saat itu yang menang dari kelompok anak-anak,” kata Ari.

Kepala Desa (Kades) Barepan, Irmawan Andriyanto, mengatakan gejog lesung menjadi ikon Barepan. Memainkan musik gejog lesung sudah menjadi kebiasaan bagi warga Barepan.

Warga secara rutin memainkan musik gejog lesung. Dulu, lesung digunakan warga untuk menumbuk padi. Seusai menumbuk padi, warga biasa memukulkan alu pada lesung hingga menjadi musik sebagai pelepas lelah mereka.

Baca Juga: Kunjungi Klaten, Mentan Syahrul Yasin Limpo Main Gejog Lesung

Seiring perkembangan zaman, menumbuk padi menggunakan lesung mulai ditinggalkan berganti dengan mesin selepan. Namun, kesenian memainkan musik gejog lesung masih dijaga hingga kini.

“Yang saya tahu, hampir setiap malam itu warga memainkan gejog lesung. Istilahnya sebagai teman begadang. Dari pada tidak ada kegiatan apa-apa, disalurkan dengan kegiatan positif memainkan gejog lesung,” kata Irmawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya