SOLOPOS.COM - Singkong. (Scribol.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Hasil panen singkong yang menjadi salah satu komoditas unggulan di Wonogiri tahun ini merosot hingga 30 persen dibanding biasanya. Kali ini, dalam satu hektare lahan hanya bisa menghasilkan 12 ton singkong.

Padahal, biasanya dengan luas yang sama bisa menghasilkan hingga 18 ton singkong. Kendati produksi turun, harga singkong relatif stabil di angka Rp1.200 per kilogram (kg).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Produksi tahun ini rata-rata turun semua. Di Eromoko dan Manyaran kabarnya malah turun 50 persen. Sebab, di sana kan daerahnya lebih tinggi,” kata salah satu petani singkong asal Desa Ngadirojo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Sugeng Arifin, saat ditemui di Balai Desa Ngadirojo Lor, beberapa waktu yang lalu.

Menurut dia, penurunan panen kali ini lantaran minimnya ketersediaan air untuk tanaman singkong. Tanaman ini sangat bergantung pada kehadiran hujan. Di Wonogiri, hujan terakhir turun pada Maret dan sebagian lagi awal April. Akibatnya, pertumbuhan tanaman jadi tak maksimal.

Penurunan produksi singkong ini baru kali pertama terjadi. Ia meyakini hal ini terjadi karena dampak perubahan iklim. Hal itu terlihat pada musim kemarau datang lebih cepat dan lebih panjang. Akibatnya, ketersediaan air berkurang.

“Saya juga enggak tahu solusinya apa. Singkong hanya butuh hujan bukan irigasi,” terang dia.

Kasi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP), M. Shidiq Purwanto, mewakili Kepala DPP, Safuan, mengatakan laporan penurunan produksi singkong sudah didengarnya. Namun, ia belum menghitung berapa persentase penurunannya.

Tahun ini, di Wonogiri ada 26.415 hektare lahan ditanami singkong. Namun, hingga Agustus baru 13.665 hektare yang dipanen. Sisanya, 12.750 hektare lahan diprediksi selesai panen akhir September. “Kami belum tahu berapa perolehannya. Data itu mungkin belum direkap atau dilaporkan,” kata Shidiq.

Senada Sugeng, Shidiq juga meyakini penurunan produksi singkong itu bagian dari dampak perubahan iklim yang terjadi. Saat tanaman membutuhkan air yang cukup, justru tidak dipenuhi. Akibatnya, hasil panen tak maksimal.

Tak hanya singkong, padi dari 78.000 hektare sawah yang ada, hanya 70.000 hektare yang ditanami. Sedangkan, 8000-an hektare sisanya tidak bisa ditanami karena ketiadaan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya