SOLOPOS.COM - Ilustrasi Gunung Merapi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, SLEMAN – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY melakukan pemantauan kemungkinan terjadinya lahar hujan melalui CCTV yang terpasang di hulu Merapi. Meski demikian potensi lahar hujan tahun ini diprediksi lebih kecil dibanding sebelumnya.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso melalui sambungan telepon menjelaskan masyarakat memang harus waspada terkait potensi lahar hujan material erupsi Merapi saat memasuki musim penghujan. Untuk mengetahui adanya potensi lahar hujan pihaknya menggunakan tiga parameter pemantauan. Pertama, yakni memantau CCTV yang sudah terpasang pada 18 titik di hulu Merapi. Seluruh CCTV ini terkoneksi langsung ke BPPTKG yang dapat memberikan informasi dini dengan akurasi yang cukup tinggi. Kedua, yakni melakukan pemantauan curah hujan yang terjadi di puncak Merapi melalui sejumlah stasiun pemantau yang juga sudah terpasang.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Terkait curah hujan di kawasan puncak saat ini, memang intensitasnya kerapkali tidak terlalu berbeda dengan yang berada di bawah kawasan pegunungan. Pasalnya di puncak lebih sering terjadi badai tanpa disertai dengan hujan.

Kendati demikian, yang harus diwaspadai adalah ketika terjadi hujan secara terus menerus selama 40 menit di kawasan puncak.

“Jika terjadi itu [hujan 40 menit], kami memiliki peralatan otomatis yang dapat mengirimkan informasi pesan singkat berupa peringatan dini,” ungkapnya saat dimintai konfirmasi, Selasa (2/11/2014) siang.

Ia menambahkan peringatan dini itu bisa diteruskan ke lima pos pengamatan yang dimiliki BPPTKG DIY. Server itu juga dapat mengirim pesan singkat otomatis ke sejumlah pihak berwenang seperti Badan Penanggulana Bencana Daerah (BPBD) untuk disebarkan kepada masyarakat.

“Server juga bisa mengirim kepada masyarakat yang nomornya telah terdaftar,” ujarnya.

Selain curah hujan dan pemantauan CCTV, pihaknya juga menggunakan stasiun seismik untuk melakukan pemantauan lahar hujan. Stasiun seismik merupakan alat pemantauan kegempaan yang terpasang di lereng merapi.

Kendati demikian pihaknya memperkirakan potensi ancaman terjadinya banjir lahar hujan diprediksi lebih kecil ketimbang tahun sebelumnya. Alasannya, saat ini material erupsi 2010 yang masih tersisa di puncak Merapi diprediksi sekitar 40 Juta hingga 50 Juta meter kubik. Dari angka itu, sebanyak 25 Juta meter kubik diantaranya berada di sisi selatan Merapi. Tetapi karakteristik fisik itu kini sudah berbeda dan sangat kurang mendukung untuk terjadinya lahar hujan. Karena kondisi material erupsi saat ini yang sudah padat sehingga kandungan abu pun cenderung minim. Dengan berkurangnya abu, maka akan mengurangi pula kandungan pelicin yang dapat mempermudah longsoran material akibat guyuran hujan.

“Untuk menghancurkan material itu butuh curah hujan yang tinggi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya