SOLOPOS.COM - Banjir lahar dingin pada akhir November tahun 2011 lalu. (Foto: Dokumentasi)

Harianjogja.com, SLEMAN—Koordinator II Saluran Komunikasi Sosial Bersama (SKSB), Supriyadi menyatakan, hingga akhir November 2014 ini, belum ada aliran banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Aliran lahar hujan yang terjadi dianggap belum membahayakan.

“Selama masuk musim hujan ini, baru muncul dua kali [aliran lahar hujan] dan itu pun aliran lokal dengan intensitas kecil,” kata Supriyadi, Selasa (25/11/2014)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Keterangan serupa juga disampaikan Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Heru Saptono.

“Sampai saat ini belum ada laporan. Rata-rata hanya air dari permukiman yang masuk ke aliran sungai. Namun, kondisinya belum membahayakan,” ucap Heru.

Heru mengungkapkan, BPBD Sleman menjalin kerja sama dengan setidaknya 23 komunitas relawan di sepanjang Sungai Boyong, Opak, dan Gendol. Tugasnya adalah membantu BPBD Sleman memantau aktivitas sungai.

“Ini terkait hujan dengan intensitas tinggi yang sudah sering muncul,” ujar Heru.

Menurut Heru, setiap relawan sudah memiliki titik pantau masing-masing. Lokasi pantauan ditentukan sesuai kesepakatan antar anggota komunitas.

“Sebelum kita ajak kerja sama, mereka juga sudah aktif memantau aktivitas di sungai untuk disampaikan ke sesama relawan,” ungkap Heru.

Masing-masing koordinator komunitas relawan akan melaporkan ke pusat informasi BPBD Sleman, Posko Bayu Induk. Heru berharap, kerja sama ini dapat memperlancar mitigasi bencana banjir lahar hujan.

Informasi mereka yang dipancarkan melalui frekuensi di HT [Handy Talky] juga kerap dijadikan andalan masyarakat untuk beraktivitas di sekitar sungai yang berhulu ke Gunung Merapi,” kata Heru.

Sementara itu, Supriyadi menambahkan, khusus di Sungai Opak, tim relawan SKSB bersiaga di tiga lokasi pantau, yaitu di Tugu Ambruk, Jembatan Gantung Pagerjurang, dan Jembatan Krajan Desa Wukirsari, Cangkringan. Personel pemantau kemudian disebar dan akan berjaga di 13 titik yang sudah ditentukan.

“Mereka akan berjaga ketika cuaca mulai mendung dan ada potensi turun hujan deras. Jika ada mendung gelap, personil akan langsung bergegas ke titik yang sudah menjadi tugas masing-masing,” papar pria yang akrab disapa Jikun itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya