SOLOPOS.COM - Zoo saat memamerkan album terbaru mereka di di Kedai Keboen, Tirtodipuran, Senin, (10/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Zoo saat memamerkan album terbaru mereka di di Kedai Keboen, Tirtodipuran, Senin, (10/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

JOGJA—Setelah rehat selama tiga tahun lamanya, salah satu pionir musik eskperimantal rock Jogja, Zoo merilis album keduanya bertajuk “Prasasti”. Album yang dibuat secara intensif sejak Maret 2012 lalu itu berisikan 11 lagu dan terbilang cukup nyentrik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pasalnya, semua lagu tersebut menggunakan aneka ragam bahasa dari berbagai daerah Indonesia yaitu Aceh, Bugis, Palembang, Dayak, Lombok, Kawi, Sulawesi, Banjar, dan Minang. Tidak hanya soal bahasa saja, bahkan lirik yang tertera dalam kemasan CD album tersebut pun menggunakan tulisan aksara bernama Zugrafi. Akasara yang hurufnya sepintas murip huruf romawi kuno ini hanya bisa dibaca menggunakan lembaran pedoman aksara yang dibuat oleh Zoo.

Dihadapan sejumlah wartawan saat menggelar jumpa pers di Kedai Keboen, Jalan Tirtodipuran, Senin, Zoo menjelaskan bahwa album terbarunya tersebut sejatinya tidak jauh beda dengan album pertama bertajuk “Trilogi Peradaban” yang dibuat 2009 lalu. Album ini juga mengangkat soal peradaban manusia di dunia.  Hanya saja di album terbarunya ini band yang digawangi oleh Rully Sabhara (vokal), Bakti (Bass), Ramberto (Drum), Dimas (Drum dan Perkusi) terlihat lebih spesifik. Elemen yang diangkat dalam album tersebut adalah soal bahasa.

Ruly Sabhara, vokalis Zoo mengatakan tema yang diangkat tersebut merupakan wujud kegelisahan mereka dalam melihat minimnya minat generasi muda saat ini dalam menggunakan bahasa tradisonal mereka dalam kehidupan sehari hari. “Saya lihat anak muda jaman sekarang ini seolah mengalami kebingungan. Mau ngomong bahasa Jawa tidak bisa, menggunakan bahasa Indonesia kurang terampil, bahasa Inggris pun nanggung,” katanya

Untuk itu, ia mengaku merasa perlu melakukan kampanye tersebut dengan mengangkat bahasa sebagai tema besar dalam album terbaru ini dengan harapan bisa memancing pendengarnya untuk lebih mencintai bahasa tradisi. Tidak tanggung tanggung  11 lagu yang disuguhkan dalam album kedua tersebut Zoo meminta belasan orang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia untuk menterjemahkan lirik yang mereka buat. “Prinsipnya saya meminta temen temen dari Aceh, Minang, Banjar, Palembang, Dayak dan beberapa daerah lainnya untuk mentranslate lirik yang kami buat untuk dipindahkan ke dalam bahasa mereka,” papar dia.

Album terbaru Zoo sendiri dirilis oleh label Yes No Wave Music, sebuah label independen Jogja. Album tersebut memiliki kemasan yang terbuat dari batu granit sebesar 1,7 kilogram dengan nama band dan album terpatri pada lempengan stanless steel. Dalam album itu juga disertakan juga satu lembar kertas daur ulang berisikan lirik lagu dan kredit album yang dicetak dengan tehnik cetak saring. Kemasan ini hanya diedarkan sebanyak 200 kopi dengan hand-numbered pada lembar materi teks. “Prasasti” secara resmi dirilis pada tanggal 12-12-2012. Sedangkan format digital diedarkan secara unduh gratis di situs Yes No Wave Music.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya