SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pengendara yang melintas di Jalan Kolonel Sugiono mungkin tidak banyak yang tahu. Di belakang halte Trans Jogja dan beberapa pedagang kaki lima berdiri bangunan bersejarah yang peletakan batu terakhirnya dilakukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1961. Papan penunjuk yang dipasang di pintu masuk juga tidak banyak terbaca karena letaknya cukup tinggi. Jarang sekali ada orang yang menyadari ada museum di jalan tersebut.

Masuk ke pelatarannya yang cukup luas baru terlihat gedung bulat dengan perpaduan warna krem serta hitam dengan relief wajah pahlawan di seputar dindingnya. Dengan garis tengah 30 meter dan tinggi bangunan 17 meter, bangunan ini  terdiri dari dua lantai. Di atas digunakan untuk Museum Perjuangan yang berisi koleksi benda-benda bersejarah seperti relief, patung, foto dan meja kursi yang digunakan beberapa nama besar dalam perjuangan mereka. Adapun di lantai dasar digunakan untuk museum sandi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ruangan dalam Museum Perjuangan cukup lapang. Kebetulan ketika Harian Jogja berkunjung ke Museum Perjuangan, tidak terlihat satu pengunjung pun di dalamnya. Di buku pengunjung pun hanya tercatat dua nama yang berkunjung hari itu. ”Kalau di rata-rata hanya ada 20 pengunjung setiap harinya. Kebanyakan yang datang ke sini anak-anak sekolah,” kata  Ketua Kelompok Kerja Museum Perjuangan, Budiono, Senin (23/5).

Tidak jarang juga tidak ada sama sekali pengunjung yang berkunjung ke museum yang dibangun untuk memperingati setengah abad Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1958 ini.

Dikatakan Budiono hal ini tentu sangat disayangkan. Padahal di dalamnya terdapat sekitar 200 koleksi yang diambil dari zaman perjuangan bangsa era 1908-1949. Terdapat tiga ruang diorama di museum ini, yang mengajak pengunjungnya berada di nuansa perjuangan waktu itu. Beberapa master piece yang dimiliki museum ini di antaranya tempat tidur Presiden Soekarno ketika di Rengas Dengklok, tas milik Wakil Presiden Mohammad Hatta yang digunakan ke Konferensi Meja Bundar PBB, peralatan minum teh yang digunakan warga Kulonprogo ketika menjamu Panglima Besar Jenderal Soedirman, serta radio masa perang kemerdekaan di Bandung dan perlengkapan miliki pejuang dari Bali, Tjilik Riwut. Selain itu ada juga relief dinding Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda dan patung pahlawan seperti Dr. Soetomo, Nyi Ageng Serang, Agustinus Adisutjipto dan lain-lain lengkap dengan sejarah singkat mereka.

Kondisi sepinya pengunjung ini jauh berbeda ketika Museum Perjuangan Expo 2011 berlangsung. Dikatakan Budiono, ketika expo berlangsung bisa ada 1.000 pengunjung setiap harinya. Ketika itu museum bekerja sama dengan sekolah-sekolah di beberapa kecamatan terdekat seperti Mergangsan untuk berkunjung. ”Kalau bisa memang ada kegiatan seperti itu terus. Kalau sepi begini kami juga tidak bergairah bekerja,” kata Budiono.

Museum Perjuangan sebenarnya merupakan unit II dari Museum Beteng Vredeburg yang terletak di kawasan Titik Nol Kilometer. Namun karena lokasinya yang kurang strategis, pamor museum ini menjadi kurang terdengar.
 
Bagian pemeliharaan museum perjuangan, Gusman Triatmaja menambahkan, pengunjung terkadang memang kurang memperhatikan kebersihan museum. Namun kerepotan tersebut terbayar melihat pengunjung yang puas. ”Kalau banyak pengunjungnya bisa semangat walaupun capek,” ujarnya.

Senada dengan Budiono, pria berkulit kuning ini juga berharap setiap hari ada kegiatan di museum tempatnya bekerja sehingga terus penarik keramaian. Meskipun tiket masuk museum diberlakukan Rp2.000 untuk dewasa dan Rp1.000 untuk anak-anak serta setengah harga untuk rombongan, namun terkadang petugas mempersilakan siswa di sekitar museum untuk masuk agar museum tidak lagi kosong.(Wartawan Harian Jogja/Anggraenny Prajayanti)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya