SOLOPOS.COM - (Foto: Dokumentasi)

(Foto: Dokumentasi)

JOGJA–Seni dan budaya yang tumbuh di masyarakat Gunung Merapi akan diwadahi dalam sebuah  ‘museum hidup’. Atas usul Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kata Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti , DIY akan mendirikan museum budaya Gunung Merapi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Idenya dari Sultan yang melihat kondisi alam DIY sendiri. Tinggal di atas cincin api adalah sesuatu yang langka dan dikagumi Negara lain,” ungkapnya saat jumpa pers dalam World Culture for Development Forum (WCF) di Hotel Inna Garuda, Sabtu (27/10/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya museum ini akan berbeda dengan Museum Vulkanologi. Lebih mengedepankan aspek seni, budaya dan tradisi yang tumbuh di dalam masyarakat setempat. Bukannya menekankan pada sains atau  Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Museum ini akan menampilkan berbagai dampak yang terjadi dari erupsi. Baik secara fisik maupun kebiasaan setempat yang terjadi. Seperti sesaji yang dipersiapkan warga sampai sosok maupun peninggalan juru kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan.

Dari bangunan ini, diharapkan erupsi tidak hanya dipandang sebagai pembelajaran siswa sekolah. Melainkan juga memiliki daya jual di bidang pariwisata.

Guru Besar Arkeologi FIB UGM, Timbul Haryono menyampaikan tradisi yang lahir di Gunung Merapi merupakan perwujudan budaya mampu beradaptasi dengan lingkungan. Pengertian inilah yang akan menjadi dasar pembangunan Museum Budaya Merapi.

“Museum tidak harus simpan benda-benda mati. Kita tahu di daerah utara DIY ada banyak seniman dan kebudayaan. Ini yang akan kita angkat, eksplorasi alam yang mampu hasilkan seni pertunjukan,” terangnya.

Dalam waktu dekat, sejumlah pihak akan diundang dalam workshop secara intens untuk merumuskan konsep seni gunung yang akan dieksplorasi di Museum Budaya Merapi. Direncanakan museum ini dibangun satu kompleks dengan Museum Vulkanologi.

Hanya, tambah, Tim Arsitektur Museum Budaya Merapi, Ikaputra, bangunan museum akan disesuaikan dengan kondisi alam.

“Kalau digambarkan dari atas, bangunan ini tidak akan tampak. Karena sebagian besar dibangun di bawah tanah. Fungsinya bervariasi, salah satunya melindungi setiap property saat erupsi atau sebagai lokasi evakuasi,” jelasnya.

Karena berbasis budaya, museum ini sepenuhnya terbuka untuk umum. Meski jam operasional museum tutup, imbuhnya, masyarakat dan seniman dapat memanfaatkan setiap titik yang tersedia untuk berbagai acara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya