Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Muncul Klaster Takziah, Bupati Jekek Imbau Warga Wonogiri Tidak Melayat

Muncul Klaster Takziah, Bupati Jekek Imbau Warga Wonogiri Tidak Melayat
author
Rohmah Ermawati Senin, 9 Agustus 2021 - 15:10 WIB
share
SOLOPOS.COM - Kasus Covid-19 di RI melonjak tajam. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten Wonogiri mengimbau kepada masyarakat agar tidak bertakziah atau melayat ketika ada orang meninggal dunia. Imbauan itu disuarakan setelah muncul klaster takziah di Kecamatan Jatipurno, Wonogiri, beberapa waktu lalu.

“Untuk saat ini kalau ada yang meninggal tidak perlu ada layatan [takziah]. Dan tidak perlu diumumkan di masjid seperti biasanya itu,” kata Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, kepada wartawan di area Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri, Senin (9/8/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pria yang akrab disapa Jekek itu mengatakan dalam tradisi layatan berkaitan dengan kultur dan karakter sosial. Dipastikan warga akan melayat dan mengucapkan bela sungkawa dengan mendatangi rumah duka.

Baca juga: Pemkab Wonogiri Masih Prioritaskan Vaksinasi Lansia, Golongan Lain Bagaimana?

“Orang yang datang melayat itu kan tidak tahu statusnya. Merasa sehat, semua orang datang dan berpotensi terjadi kerumunan. Dari datang statusnya apa tidak terdeteksi,” ungkap dia.

Jekek mengaku telah memberi arahan terkait hal itu kepada para camat dan kepala desa, selanjutnya bisa disampaikan kepada masyarakat. Beberapa waktu lalu Jekek mendengar sendiri ada orang meninggal kemudian diumumkan. Kemudian kepala desa setempat diberi arahan dan edukasi.

“Orang Jawa itu karakternya halus. Ketika diumumkan pasti langsung datang menyampaikan duka. Saat di rumah duka terjadi interaksi antarmasyarakat. Yang melayat datang dan pergi bergantian” ujar dia.

Baca juga: Pedagang Kecil di Wonogiri Sambat Syarat Ajukan BPUM Memberatkan

Terlebih, lanjut Jekek, kesadaran pemakaian masker di Wonogiri baru mencapai 86 persen. Saat ada warga yang tidak memakai masker dan saling sapa kabar meski tidak bersalaman berpotensi terjadi penularan Covid-19. Sebab virus corona bisa melalui airborne atau menyebar lewat udara.

Pemakaman Dilakukan Terbatas

Jekek menuturkan, imbauan itu dikeluarkan setelah ditemukan adanya klaster layatan di Kecamatan Jatipurno. Dari klaster itu dua orang meninggal dunia dengan status terkonfirmasi positif Covid-19 dan sembilan orang lain juga terpapar Covid-19.

Menurut dia, pemakaman warga yang meninggal bisa dilakukan secara terbatas. Jika harus dimakamkan dengan protokol kesehatan sudah ada sukarelawan yang dilatih untuk melakukannya dan mempunyai standardisasi. Sehingga keluarga tersebut tidak perlu khawatir.

Baca juga: Keberadaan Kantor Satpas di Singodutan Wonogiri Diyakini Dongkrak Ekonomi Warga

Jekek menilai pada dasarnya masyarakat sudah memiliki kewaspadaan saat ada warga yang meninggal. Terlebih jika warga yang meninggal dunia dimakamkan dengan protokol kesehatan, warga sudah memilih tidak melakukan takziah.

“Kami sudah mempersiapkan aturan untuk mendukung imbauan itu. Sehingga pendekatan dan edukasi bisa dilakukan kepada masyarakat. Pendekatan bisa dilakukan di tingkat desa, kepala desa bisa melakukan edukasi,” kata Jekek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN