SOLOPOS.COM - Warga Desa Tumpukan, Karangdowo, Klaten, memanen padi pada lahan yang digarap kades, Kamis (15/4/2021). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN -- Kepala Desa atau Kades Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Klaten, Suyamto, 63, melakukan hal unik untuk membantu warganya, terutama yang tak memiliki sawah.

Kades yang juga juga bapak dua anak itu mengikhlaskan sepatok tanah kas desa yang dia garap untuk dipanen warga Tumpukan secara bergiliran. Ide menggratiskan padi pada sepatok lahan bebas dipanen warga itu menjadi kegiatan rutin setahun terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Awalnya berangkat dari keinginan membantu warga terutama mereka yang tidak punya sawah. Biar mereka bisa ikut menikmati panen. Kemudian ada pandemi Covid-19 ini kegiatan tetap terus dilanjutkan,” kata Suyamto saat ditemui wartawan di Desa Tumpukan, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Masjid Joglo dengan Nuansa Njawani dan Tanpa Tembok di Karanganom Klaten, Ternyata Ini Filosofinya

Tumpukan yang berpenduduk 3.563 jiwa berbatasan langsung dengan Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Suyamto sudah tiga periode menjabat Kades Tumpukan. Periode pertama mulai 1989 selama delapan tahun saat dia menjadi guru olahraga di salah satu SD negeri di Sragen.

Inisiatif Pribadi

Periode kedua pada 2007-2013. Kemudian periode ketiga 2019-2025 atau kembali terpilih menjadi kades selepas pensiun dari guru.

Suyamto mengatakan program menggratiskan hasil panen itu merupakan inisiatif pribadinya memanfaatkan sepatok lahan kas desa seluas 1.700 meter persegi yang menjadi lahan jatah garapan kades.

Baca juga: Ajak Kaum Milenial ke Sawah, Sidowayah Klaten Merintis Smart Farming

Total lahan kas desa yang menjadi jatah garapan Suyamto sebanyak 22 patok.

“Memang belum seberapa. Yang jelas saya sudah ikhlas. Kenyataannya hasil panennya bagus terus. Kalau dinominalkan, padi pada sepatok lahan itu bisa laku sekitar Rp5 juta. Kalau hasilnya itu per patok sekitar 13 kuintal [gabah kering panen],” kata Suyamto.

Suyamto menjelaskan program menggratiskan hasil panen sepatok lahan dilakukan secara bergiliran ke setiap RW.

“Jadi setiap panen kami gilir per RW biar semua warga di RW kami bisa menikmati. Sekarang sudah lima kali panen, setahun itu ada tiga kali panen. Dari total 13 RW, tinggal satu RW yang belum mendapatkan giliran dan akan diberikan pada panen selanjutnya,” kata dia.

Baca juga: Rumah Dikepung Banjir, Warga Kingkang Klaten Ini Santuy Tidurkan Bayi di Kasur

Panen kali terakhir dilakukan pada Kamis (15/4/2021). Sekitar 60 warga memanen padi yang dia tanam di 1.700 meter persegi. Hanya butuh waktu dua jam hingga seluruh gabah dipanen oleh warga dan dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Biaya Produksi

Suyamto tak membatasi siapa saja warga di wilayah RW tertentu yang mendapatkan giliran bisa memanen padi pada sepatok lahan kas desa yang dia garap. Dia hanya berpesan agar proses panen dilakukan menggunakan alat ani-ani, gunting, atau pisau.

Soal biaya produksi sepatok lahan itu, Suyamto memastikan ditanggung dirinya sendiri yakni sekitar Rp2 juta. “Kegiatan ini mudah-mudahan bisa saya lakukan secara rutin hingga akhir masa jabatan nanti,” kata Suyamto.

Baca juga: 2 Warga Miskin di Gantiwarno Klaten Terdampak Musibah Angin Kencang

Salah satu warga RW 05, Dukuh/Desa Tumpukan, Iis Suryani, 33, ikut memanen pada Kamis dan mendapatkan sekarung gabah yang kemudian dia gilingkan.

“Setelah digiling itu dapat setenggok. Rencana untuk kebutuhan sehari-hari saja. Memang sepatok sawah Pak Lurah ini disedekahkan ke warga di setiap RW. Kemarin kebetulan jatah di RW kami. Saya bersama ibu-ibu lainnya ikut memanen dan gratis,” kata Iis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya