SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Investasi properti masih menjadi pilihan kebanyakan orang karena dinilai cara terbaik untuk mengembangkan uang. Tak hanya itu, investasi dalam bentuk properti juga dianggap lebih aman. Benarkah itu?

Sejatinya, pada investasi properti pemilik memang menguasai atau mengelola sendiri investasinya. Semua kendali ada di tangan pemilik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, setiap investasi pasti memiliki sisi keuntungan dan kerugian. Lantas, bagaimana keuntungan dan kerugian investasi properti di DIY?

“DIY masih menjadi salah satu kota yang menarik untuk investasi rumah, bahkan nilai propertinya berada di urutan kedua setelah Bali,” ujar Pengelola Agen Properti Mataram Realty, Judhia Tri Septiana saat ditemui, Sabtu (17/9).

Judhia menambahkan motivasi setiap orang bisa berbeda dalam berinvestasi. Misalnya untuk mengamankan uang atau kekayaan yang dimiliki atau agar bisa untuk dijual kembali pada jangka waktu tertentu dengan keuntungan yang besar. Salah satu pilihan menarik adalah investasi rumah.

Alasan lain, harga properti yang cenderung selalu naik merupakan keuntungan bagi para investor. Properti yang dimaksud di sini berupa tanah atau rumah. Investasi properti bersifat lebih bisa bertahan jangka panjang.

Menurut Judhia ada tiga tujuan investasi. Pertama, investasi dengan tujuan jangka pendek. Misalnya investasi sawah, tanah, rumah, rumah toko (ruko) dan lainnya bertujuan untuk dijual kembali kepada pihak lain.

Tujuan kedua bersifat jangka panjang atau long-term investment. Maksudnya untuk dimiliki kemudian disewakan, seperti villa, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya.

“Kemudian yang ketiga adalah gabungan dari dua tujuan tersebut yakni investasi properti untuk disewakan dan jika harga harga naik dijual kepada pihak lain. Dalam jangka pendek dia untuk dari uang sewa,” jelasnya

Saat menanamkan investasi dalam properti, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat. Yakni, harga yang cenderung naik apalagi jika lokasi strategis, pertumbuhan aset biasanya di atas angka inflasi yang terjadi, tentunya tergantung dari lokasi.

“Tak hanya itu, investasi properti bisa juga dijadikan passive income, dengan cara disewakan atau dikontrakkan kepada pihak lain,” tambahnya.

Masih potensial
DIY bisa termasuk daerah yang rawan bencana alam di Indonesia. Namun investasi tanah atau rumah di wilayah ini dinilai tak rugi.
   
Suwandi Notopradono, Managing Director, PT Surya Coco Jaya, sebuah perusahaan pengembang perumahan, menuturkan investasi rumah di DIY sangat potensial.
   
“Investasi rumah di DIY menjadi menarik karena, lahan yang tersedia sedikit sehingga harga pun cenderung akan terus naik,” ujarnya saat dihubungi kemarin, (18/9).
   
Jumlah penduduk di DIY terus bertambah karena banyaknya pendatang, terutama pelajar dan mahasiswa. Karena itu, kata Suwandi, lahan di DIY akans empit yang akhirnya menaikkan harga tanah atau rumah.

“Menurut teori ekonomi, jika supply tetap dan demand terus naik, maka harga akan ikut naik. Ini berarti selama demand untuk tanah atau properti naik, harga akan tetap naik, oleh karena itu investasi rumah tentu saja banyak untungnya,” tambahnya

Kerugian
Namun, Suwandi mengingatkan selain sisi positif, sisi buruk investasi properti juga tak sedikit.

“Antara lain, dibutuhkan dana yang besar untuk membeli rumah atau tanah dan tidak mudah untuk menjualnya bila suatu saat membutuhkan uang,” ujarnya.

Selain itu, kerugian investasi rumah adalah jika dibiarkan kosong, sehingga harga rumah turun dan biaya perawatan rumah mahal.

“Rumah kosong dan tidak dirawat penyusutannya lebih besar. Berdasarkan teori untuk bangunan, setiap tahun bangunan mengalami penyusutan sebesar 5 persen,” jelasnya.

Karena itu, kata Suwandi, jika bangunan sudah berumur lebih dari 20 tahun biasanya bangunan tersebut tidak dihitung karena sudah terlalu banyak penyusutan. “Biasanya hanya nilai tanahnya saja yang dihitung,” tambahnya.

Namun, ada juga teori lain. Penyusutan sebesar 5% per tahun jika dibandingkan dengan kenaikan harga tanah setiap tahun yang rata-rata mencapai 10%, maka penyusutan tersebut menjadi tidak berdampak.

“Penyusutan 5 persen itu ter-cover dengan kenaikan harga tanah sebesar 10 persen setiap tahunnya. Investor tetap untung. Jadi, jika punya finansial banyak, investasilah di properti,” pungkasnya.

Ditambahkan Judhia, musim ramai jual rumah di DIY biasanya terjadi  awal tahun atau Juli-Agustus. “Setelah Lebaran ada kecenderungan naik.”(Wartawan Harian Jogja/Devi Krismawati)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya