SOLOPOS.COM - Iustrasi tabung gas elpiji (Dok/JIBI)

Iustrasi tabung gas elpiji (Dok/JIBI)

JAKARTA–PT Pertamina (Persero) akan menaikkan harga Elpiji tabung ukuran 12 kilogram (Kg) Maret 2013 mendatang. Kenaikan harga tersebut diyakini dapat mengurangi kerugian perseroan hingga Rp1,7 triliun sepanjang tahun ini.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Vice Presiden LPG and Gas Product Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan Pertamina akan menaikkan harga Elpiji 12 Kg menjadi Rp95.600 per tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp70.200. Dengan demikian, perseroan dapat mengurangi subsidi terhadap produk itu yang selama ini tidak dibayarkan pemerintah.
“Elpiji 12 Kg kan termasuk dalam kategori Elpiji umum yang tidak disubsidi. Dengan kenaikkan harga nantinya akan mengurangi kerugian Pertamina, selama ini pertamina mengalami kerugian sekitar Rp5 triliun per tahunnya dari penjualan Elpiji itu,” katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (20/2/2013).
Kenaikkan harga itu menurutnya, belum mencapai harga keekonomian dari Elpiji yang saat ini sekitar Rp10.050 per Kg. Apalagi saat ini CP Aramco sebagai acuan harga LPG mengalami kenaikkan, sementara Pertamina hingga saat ini belum bisa menyesuaikan harga jualnya di dalam negeri.
Dari data yang dimiliki Pertamina, harga Elpiji hanya mengalami kenaikan sebanyak tiga kali pada periode 2005-2012, yakni pada Juli 2008, dari Rp4.250 per Kg menjadi Rp5.250 per Kg, Agustus 2009 naik lagi menjadi Rp5.750 per Kg dan Oktober 2009 naik menjadi Rp5.850 per Kg.
Sementara sejak 2008-2012  biaya produksi Elpiji 12 Kg terus mengalami kenaikan tiap tahunnya. “Dengan perkiraan trend harga CP Aramco yang selalu meningkat, apabila tidak dilakukan penyesuaian harga diperkirakan kerugian Pertamina akan semakin tinggi di tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengatakan walaupun harga jual dapat disesuaikan, Pertamina masih merugi dalam memasarkan Elpiji 12 Kg. Akan tetapi penyesuaian harga tersebut dapat menekan kerugian yang diderita Pertamina.
“Apabila Maret harga Elpiji 12 Kg dapat dinaikkan, maka kerugian Pertamina dapat dipangkas hingga Rp1,7 triliun dari penjualan Elpiji. Akan tetapi itu masih akan tergerus dengan pertumbuhan konsumsi Elpiji 12 Kg yang diproyeksikan mencapai 1,1 juta metric ton (MT) sepanjang 2013,” tuturnya.
Penjualan Elpiji 12 Kg sendiri terus mengalami kenaikan tiap tahunnya, pada 2012 saja volume penjualan mencapai 918.137 MT. Sedangkan pada 2011 volume penjualan Elpiji 12 kg sebanyak 886.012 MT, kemudian pada 2010 sebanyak 850.383 MT, pada 2009 sebanyak 916.480 MT, dan pada 2008 sebanyak 1.056.820 MT.
Selain itu, Gigih juga menyebutkan dana Rp1,7 triliun dari pemangkasan kerugian penjualan Elpiji 12 Kg itu dapat digunakan sebagai dana investasi pembangunan infrastruktur penyimpanan gas. Nantinya tempat penyimpanan itu akan menggantikan floating storages di Situbondo dan Teluk Semangka.
Penyimpanan gas tersebut direncanakan akan berkapasitas masing-masing 100.000 MT. Saat ini, Saat ini, Pertamina memiliki floating storage gas dengan kapasitas sebesar 200.000 MT yang digunakan untuk menyimpan cadangan gas Elpiji untuk 16 hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya