SOLOPOS.COM - Peserta memadati Edutorium UMS, Kartasura, Sukoharjo dalam agenda Muktamar Talk yang merupakan bagian dari rangkaian Muktamar ke-48 Muhammadiyah-Aisyah pada Kamis (10/11/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO–Muktamar Talk yang merupakan bagian dari rangkaian Muktamar ke-48 Muhammadiyah-Aisyah di Edutorium UMS, Kartasura, Sukoharjo, Kamis (10/11/2022) membahas perihal keresahan Indonesia masa kini hingga mendatang.

Berbagai tantangan itu disampaikan oleh beberapa anak muda dalam tayangan video maupun dialog secara langsung yang dipandu oleh Najwa Shihab.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Beberapa anak muda dalam video menyampaikan permasalahan Indonesia di mata anak muda masa kini. Di antaranya polarisasi dalam Pemilu, dari sana banyak anak muda memilih tidak menggunakan hak pilihnya. Selain itu permasalahan limbah yang memiliki dampak besar dan dalam waktu yang panjang.

Tak hanya itu dalam kegiatan yang bertajuk Merawat Indonesia itu, mereka juga menyoroti perihal Penegakan hukum perkara yang dinilai lamban hingga dianggap berpihak. Salah seorang pemuda juga menyampaikan eprihal keresahan akibat dampak peperangan Ukraina-Rusia.

Baca Juga: Muhammadiyah bakal Beli Gereja Tua di Spanyol untuk Dijadikan Masjid

Sementara itu beberapa audiens di Edutorium UMS menyampaikan soal anak muda yang enggan pulang ke desa. Selain itu mereka menyoroti perihal kepala daerah yang kurang memperhatikan rakyat. Sementara topik perihal aparat penegak hukum yang tidak amanah turut dibahas.

Dalam pemaparannya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menyampaikan keresahan yang disampaikan oleh anak-anak muda dalam video maupun dialog langsung dalam kegiatan itu merupakan bentuk kepedulian anak muda terhadap Indonesia agar menjadi lebih baik di masa depan.

“Yang menjadi keresahan kita masalah penegakan hukum I’m with you, we can change. Tentu kita tidak bisa berharap dengan kepolisian. Mahasiswa harus ikut andil bukan hanya menuntut tetapi turut mengawasi dengan the power of young,” terang Abdul Mu’ti kepada audiens.

Dia mengatakan masyarakat Indonesia wajib menjaga optimisme. Sebab menurutnya hal itu menjadi salah satu ciri dari bangsa besar yakni optimis terhadap negara. Sebab tidak ada satupun di dunia ini negara yang tidak ada masalah.

Baca Juga: Muhammadiyah Serahkan 200 Unit Rumah untuk Korban Gunung Semeru

“Allah tidak akan mengubah keadaan bangsa kecuali mereka  merubah dirinya. [Perihal] pertarungan politik agama dan politik selalu ditarik-tarik. Sikap Muhammadiyah soal tahun politik, pertama menyikapi dengan tenang, jangan terlalu fanatik. Karena politik sendiri dalam bahasa Jawa diartikan sudah pol [mentok] masih diotak atik. Politik itu the art of government. Politik bukan sekadar meraih kekuasaan tetapi seni mengelola pemerintahan,” ujarnya.

Dia juga meminta anak-anak muda masa kini tidak menyalahgunakan makna politik. Politik harus dikembalikan sesuai maknanya yakni wisdom atau kebijaksanaan. Dia menambahkan berdasarkan makna itu politik menjadi sesuatu yang mulia. 

“Saya berharap Muhammadiyah dan Aisyah dapat memberikan sumbangan pemikiran yang solutif bagi masa depan di negara Indonesia ini. Terutama tantangan terhadap kelangsungan eksistensi ideologi,” jelas dia.

Wakil Ketua MDMC, Rahmawati Husein, menilai perubahan iklim menjadi keresahan yang amat mencilik sebab Hal itu bisa berdampak hingga hilangnya pulau di Indonesia. Termasuk keresahan akibat sampah yang tidak bisa dihindarkan.

Baca Juga: Pemkab Boyolali Siapkan Sekolah dan Masjid untuk Muktamar Muhammadiyah Solo

Dia menggarisbawahi kerusakan iklim juga bisa menimbulkan bencana seperti banjir dan juga tanah longsor.

Sementara Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi menguraikan kegiatan Drone Emprit salah satunya adalah  memantau percakapan dalam dunia digital dengan kata kunci tertentu.

Dia mengatakan beberapa temuan tidak bisa langsung dipercayai. Bahkan dia menilai polarisasi yang tak kunjung usai sejak 2019 seperti sedang dirawat, bahkan dia memprediksi polarisasi itu akan ada hingga 2024.

“Itu tidak langsung dipercayai kami pisahkan mana yang dipercayai dan tidak. [Dalam survei perbincangan paling banyak di usia anak-anak muda] Esport paling tinggi dengan 57 juta orang, sementara 16,4 juta memperbincangkan politik, untuk perbincangan sport 16 juta, ekonomi 3,3 juta, entertainment 8,7 juta. Sampai sekarang [polarisasi] tidak berhenti, seperti ada yang merawat perpecahan, dugaan saya sampai 2024 masih ada,” ujarnya.

Baca Juga: 4 Agenda Akbar Berlangsung di Solo Pekan Depan, Siap-Siap Macet!

Najwa Shihab dalam kegiatan itu mengungkapkan meski banyak tantangan, namun narasi positif harus terus dikembangkan sebab Hal itu merupakan bagian dari perjuangan dan upaya merawat Indonesia. Dia juga mengungkapkan selalu senang bertemu dengan anak muda karena selalu berpikir dinamis dan bergerak melakukan perubahan.

“Kita perlu merawat dan perlu tahu apa yang bisa sama-sama kita perbaiki untuk negeri ini. Ada banyak yang menjadi perhatian untuk hari-hari ini. Saya percaya dengan kekuatan anak muda [bisa merawat Indonesia]. Negeri ini negeri anak muda, sudah banyak contohnya Negeri ini dikelola oleh anak muda,” ucap Najwa Shihab.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PBNU, K.H. Zulfa Mustofa menilai Muhammadiyah jika diibaratkan sebuah barang merupakan barang yang sangat keren.

Dian juga menyebut Muhammadiyah adalah saudara tua. Mengingat  kedua organisasi ini menjadi organisasi terbesar. Hanya  Muhammadiyah didirikan 14 tahun lebih dulu yang kemudian disusul Nahdlatul Ulama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya