SOLOPOS.COM - Logo Muktamar ke-47 Muhammadiyah (Istimewa)

MUkmatar Muhammadiyah sidang tanwir tak mengakomodasi unsur perempuan.

Solopos.com, MAKASSAR –– Hasil perhitungan Tanwir Muhamadiyah untuk calon formatur Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 tidak mengakomodasi unsur keterwakilan perempuan dari Nasyiatul Aisyiyah sebagai sayap organisasi Islam tersebut.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

“Tidak adanya unsur perempuan yang masuk dalam kepemimpinan inti di Muhammadiyah sama sekali tidak mengerdilkan arti kiprah gerakan sayap perempuan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah,” kata Ketua Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari di Makassar, Minggu (2/8/2015) sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara.

Menurut dia, ada kemajuan positif sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta. Saat itu memasukkan salah satu unsur Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kini menjabat Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah secara ex officio.

“Mestinya ini dilanjutkan dan tetap adanya unsur perempuan di luar ex officio tersebut. Karena dalam sejarah Muhammadiyah perempuan pernah masuk dalam jajaran pimpinan seperti Siti Baroroh Baried,” jelas dia.

Kendati harapan ini tidak berlebihan mengingat sejak awal didirikan organisasi Muhammadiyah secara prinsip sangat mendorong kemajuan kaum perempuan, bahkan mendorong dan mendukung penuh peran perempuan untuk berkiprah lebih luas mengisi posisi jabatan publik.

“Perempuan adalah mitra dalam Muhammadiyah, bukan kompetitor apalagi sekadar kanca wingking,” papar dia.

Norma menyebut dari daftar nama 39 calon pimpinan tersebut tidak satu pun nama perempuan yang lolos, padahal sejumlah nama kader terbaik Muhammadiyah dari unsur perempuan seperti  Siti Noordjannah Djohantini, Rahmawati Husein, Isnawati Rais, dan  Dyah Siti Nuraini bisa diusulkan masuk.

“Realitanya bahwa semua bidang garap dakwah Muhammadiyah tetap perlu perspektif perempuan dan anak. Muhammadiyah juga tetap akan lebih ramah terhadap isu perempuan dan anak jika dalam jajaran kepemimpinannya ada unsur perempuan,” ungkap dia.

Sejalan dengan tema Muktamar, kata dia, gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.

Gerakan itu juga berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan. Namun kenyataannya ladang dakwah Muhammadiyah Indonesia maupun belahan dunia lainnya bagi perempuan masih diwarnai pembatasan.

“Kami bukan memaksakan keberadaan perempuan dalam organisasi inti Muhammadiyah, tetapi agar gerakan berkemajuan semakin dekat dengan cita-cita yang dicapai salah-satunya soal perempuan dan anak,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya