Demikian Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ra madhan Al-Buthi rahimahullah memberi judul di salah satu bagian dari kitabnya Fiqhus Siirah. Beliau rahimahullah memberikan penegasan bahwa peristiwa Isra dan Miraj merupakan sebuah kemukjizatan yang Allah SWT karuniakan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Beberapa hal penting akan coba saya tuliskan berkaitan dengan peristiwa tersebut dan beberapa pelajaran berharga yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan. Isra ialah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsha di Al-Quds Palestina.
Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat
Sedangkan Miraj ialah naiknya Rasulullah SAW menembus beberapa lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia dan jin. Dan perjalanan semua itu ditempuh hanya dalam waktu semalam.
Syaikh Al-Buthi rahimahullah menjelaskan bahwa jumhur kaum muslimin sepakat perjalanan ini dilakukan Rasulullah SAW dengan jasad dan ruh. Oleh karena itu, ia merupakan salah satu mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW.
Perjalanan Isra ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Alquran yakni pada surat Al-Isra ayat pertama : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Ma ha Mengetahui.” (QS. Al-Isra/17:1)
Maksudnya Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya. Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan kisah tersebut secara lengkap dalam Shahihnya.
Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini Rasulullah SAW menunggang buraq yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata me mandang. Disebutkan pula bahwa Nabi SAW memasuki Masjid Al-Aqsha, lalu salat dua rakaat di dalamnya.
Ke mudian Jibril datang kepadanya seraya membawa segelas khamar dan segelas susu. Lalu Nabi SAW memilih susu. Setelah itu Jibril ber komentar, “Engkau telah memilih fithrah.” Dalam perjalanan ini Rasulullah SAW naik ke langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai ke sidrat Al-Muntaha.
Di sinilah kemudian Allah SWT mewahyukan ke padanya apa yang telah diwahyukan diantaranya kewajiban salat lima waktu atas kaum muslimin, dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Keesokan harinya Rasulullah SAW menyampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Mekkah.
Kaum musyrikin mendustakan dan malah mentertawakannya. Karena itu mereka menantang Rasulullah SAW agar beliau menggambarkan Bait Al Maqdis jika memang beliau benar-benar telah melakukan perjalanan bahkan melakukan salat di dalamnya.
Padahal ketika menziarahi Bait Al-Maqdis itu tidak terlintas sama sekali dalam fikiran Rasulullah SAW untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. Kemudian Allah SWT memperlihatkan bentuk dan gambar Bait Al-Maqdis dihadapan Rasulullah SAW sehingga dengan mudah beliau menjelaskan rinci sebagaimana yang mereka minta.
Hikmah dan Pelajaran Ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiowa Isra dan Miraj ini, di antaranya ialah sebagai berikut; pertama, Syaikh al-Buthi rahimahullah menyebut Isra dan Miraj ini sebagai ‘undangan’ dari Allah SWT untuk Rasul-Nya Muhammad Saw sebagai penghormatan, penyegaran semangat dan ketabahan, disamping juga sebagai bukti bahwa yang baru dialaminya dalam perjalanan hijrah ke Thaif bukan karena Allah murka atau melepaskannya, tetapi hanya merupakan sunnatullah yang harus berlaku pada para kekasih-Nya.
Sunnah dakwah isla miyah pada setiap masa. Kedua, pilihan Nabi Muhammad SAW terhadap minuman susu ketika Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan khamar, merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fithrah. Yakni agama yang aqidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntutan fithrah manusia.
Di dalam Islam tidak ada sesuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia. Seandainya fithrah berbentuk jasad, niscaya Islam akan menjadi bajunya yang pas. Ketiga peristiwa Isra dan Miraj merupakan mukjizat dimana Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT dengan jasad dan ruhnya sekaligus. Ini merupakan pendapat jumhur ulama.
Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Syarhu Muslim menyatakan, “Pendapat yang benar menurut kebanyakan kaum muslimin, ulama salaf, semua fuqaha, ahli hadis dan ahli ilmu tauhid, adalah bahwa Nabi Muhammad SAW diisrakan dengan jasad dan ruhnya.
Semua nash menunjukkan hal ini, dan tidak boleh ditakwilkan dari arti zhahirnya kecuali de ngan dalil.” Keempat, tentu saja adalah pentingnya ibadah salat sebagai salah satu pesan utama dalam peristiwa Isra dan Miraj ini.
Ada banyak ayat dan hadit yang menjelaskan betapa sentralnya posisi dan kedudukan ibadah salat bagi kehidupan seorang muslim. Sebuah riwayat hadit bahkan mengemukakannya sebagai tiang agama. Ini berarti ketika salat telah ditinggalkan, maka dia telah merobohkan bangunan agamanya. Jika agama telah roboh, maka masih adakah agama dalam dirinya? Walloohu alamu bish showwaab.
Sigit Yulianta
Pengurus Wilayah Muhammadiyah
Kota Jogja