Solopos.com, JOGJA — Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah secara tegas menolak istilah berdamai dengan Covid-19 dan kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal ini dikarenakan masih ada tenaga medis yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkan para pasien positif Covid-19 di Indonesia.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Konser Akbar Didi Kempot 14 November 2020 Tetap Digelar, Hadirkan Hologram Sang Maestro
"Kebijakan untuk mengendorkan Pembatasan Sosial Berskala BEsar dan pernyataan untuk berdamai dengan virus corona di saat seperti ini bukanlah suatu sikap yang tepat. Karena di sisi lain ada nasib para tenaga kesehatan dan warga masyarakat yang terpapar dipertaruhkan," terang Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Agus samsudin dilansir Detik.com, Rabu (20/5/2020).
Round-Up Corona Boyolali: Pasien Positif Bertambah, Ada Jenazah Covid-19 Dimakamkan Biasa
Bukan hanya Muhammdiyah, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla juga mengkritik adanya istilah berdamai dengan Covid-19. Ia justru mempertanyakan apakah virus corona mau berdamai dengan manusia?
Bupati Juliyatmono Perbolehkan Salat Id Berjemaah di Lapangan, Istilah Karanganyar Terserah Muncul
"Kalau namanya berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai. Kalau kita hanya ingin damai tapi virusnya ndak bagaimana? Jadi istilah damai itu agak kurang pas karena damai itu harus kedua belah pihak. Tkda ada kedamaian bagi mereka. You kena you bisa sakit bisa mati," ujar Jusuf Kalla dalam Webinar UI, Selasa (19/5/2020).
Sebelum Dikirim Ke Lab, Spesimen Swab Pasien Covid-19 Soloraya Wajib Didaftarkan di Aplikasi Ini
Bukan berdamai dengan Covid-19, JK meminta pemerintah menggunakan istilah perubahan pola hidup.
"Jadi tidak ada ya. Kita gencatan senjata nanti tahun depan lagi mulai. Enggak ada istilahnya perdamaian gitu. Mungkin yang ada kebiasaan kita yang harus berubah. Itu mungkin ingin dianggap bahwa kita hidup berbarengan. Tetap pakai masker terus, cuci tangan terus, apa terus. Tidak berarti kita berdamai, karena risikonya mati," pungkasnya.
Covid-19 Belum Selesai, India & Bangladesh Terancam Dihantam Angin Topan Amphan