SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang bercadar. (Independent.co.uk)

Solopos.com, SOLO – Fenomena crosshijaber yang marak di media sosial meresahkan sejumlah pihak. Namun, PP Muhammadiyah mengatakan fenomena tersebut sebaiknya tidak dibesar-besarkan.

“Secara tepretis polisi tahu kan, jadi enggak usah dibesar-besarkan,” kata Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, seperti dikabarkan Antara, Selasa (15/10/2019).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Abdul Mu’ti menyarankan pelaku crosshijaber yang dianggap mengalami kelainan atau perbedaan psikologis sebaiknya diberi pembinaan. Dia menegaskan sengaja memakai busana yang berbeda dengan jenis kelaminnya seperti crosshijaber jelas tidak boleh dilakukan menurut agama. Dia mendesak polisi mengusut tuntas soal crosshijaber.

“Penyelidikan Polri itu bukan menjadikan mereka pelaku tindak kriminal tapi memastikan siapa mereka apa motifnya dan polisi bisa melacak karena mereka punya akun media sosial,” kata dia.

Diberitakan sebelumnya, crosshijaber merupakan julukan untuk pria yang suka memakai busana muslimah. Model busana yang seringkali dipakai adalah baju panjang dan lebar.

Kadang, mereka melengkapi penampilan dengan jilbab dan cadar untuk menyempurnakan penyamaran. Sehingga tidak ada yang tahu kalau sebenarnya orang di balik busana muslimah itu adalah seorang pria.

Menariknya, para crosshijaber ini mengaku tidak mengalami penyimpangan orientasi seksual. Ironisnya lagi, mereka punya komunitas, seperti yang dipublikasikan di akun Instagram @crosshijaber. Beberapa crosshijaber bahkan nekat masuk ke masjid dan bergabung dengan jemaah wanita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya