SOLOPOS.COM - Muhammad Alim (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Muhammad Alim (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Setiap orang hampir selalu dihadapkan pada sebuah pilihan ketika menjalani hidup ini. Hal ini seperti pengalaman salah satu guru Pendidikan Agama Islam SDN Cemara Dua Nomor 13 Solo, Muhammad Alim.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pria kelahiran 15 April 1957 ini menceritakan pada 1979 secara bersamaan ia mencoba melamar pekerjaan di tiga tempat, yaitu di institusi kepolisian, pemerintah daerah dan sebagai guru. Nasib mujur pun berpihak padanya. Alim dinyatakan diterima di tiga tempat itu.

“Saya sempat bingung mau memilih yang mana. Lalu saya konsultasi ke saudara dan diminta melakukan Salat Istikharoh. Saya pun mendapat petunjuk hingga kemudian saya memilih menjadi seorang guru,” ungkapnya saat ditemui Espos di SDN Tegal Mulyo, Nusukan, Solo, Rabu (2/11/2011).

Sejak itulah Alim menjadi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Kota Solo. Ia pun sempat berpindah di lima sekolah hingga saat ini. Lebih dari 30 tahun menjadi guru, menjadikan aktivis masjid ini cukup memahami karakter siswa.

Menurutnya ada perbedaan signifikan siswa di zaman awal ia menjadi guru, dibandingkan siswa masa kini. Ia mengungkapkan siswa zaman dulu murid relatif lebih sederhana, lugu dan sopan. Sementara siswa masa kini kebanyakan bersikap kurang sopan. Perbedaan karakter itu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

“Faktor internal berasal dari kebiasaan keluarga yang kini kurang memperhatikan bagaimana seharusnya sikap hormat. Sedangkan faktor eksternal di antaranya karena pengaruh media,” ungkapnya.

Sebagai guru, ayah dua orang anak ini merasa sangat bangga ketika ada peserta didiknya yang berhasil. Ia pun mengaku trenyuh ketika beberapa kali siswanya yang kini sudah menjadi orang sukses, mendatangi rumahnya untuk silaturahmi. “Kalau seperti itu, rasanya puas menjadi guru,” ujarnya.

Sebagai guru, ia pun berusaha melakukan tugas secara profesional. Beberapa waktu lalu, Alim menjadi salah satu wakil Kota Solo mengikuti Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

Ia menguraikan mulai Januari 2013, setiap guru wajib melakukan PTK. Hal ini menuntut seorang guru bekerja secara profesional, mampu mengoperasikan teknologi informasi, kreatif dan tidak monoton saat mengajar. “Oleh karena itu guru harus menguasai beberapa metode pembelajaran,” ujarnya.

(Eni Widiastuti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya