Tokoh
Sabtu, 12 November 2011 - 09:41 WIB

Mugiharjo, rajin kawin silang tanaman

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mugiharjo (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Mugiharjo (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Inovasi tiada henti. Mungkin itulah kata yang tepat bagi pria kelahiran 20 Januari 1967 ini. Pria lulusan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 1985 seolah tak pernah lelah untuk mencoba sesuatu yang di luar kebiasaan.

Advertisement

Berbekal ilmu yang didapatnya di bangku kuliah dulu, dirinya pun terus berkarya mengembangkan benih-benih khususnya benih pada budi daya buah-buahan.

Pengalaman bekerja di sebuah perusahaan distribusi benih dari Taiwan hampir 15 tahun lebih membuatnya  pun semangat untuk menghasilkan varietas bibit unggul tanaman lokal.

Advertisement

Pengalaman bekerja di sebuah perusahaan distribusi benih dari Taiwan hampir 15 tahun lebih membuatnya  pun semangat untuk menghasilkan varietas bibit unggul tanaman lokal.

Hingga akhirnya dirinya bergabung dengan PT Tunas Agro Persada di Semarang yang juga bergerak di bidang pengembangan benih.

Keprihatinan akan banyaknya petani yang tergantung pada benih-benih tanaman impor menjadi salah satu alasan dirinya bersama teman-teman lainnya melakukan riset untuk menghasilkan bibit unggul tanaman lokal.

Advertisement

Pengembangan bibit unggul ini pun telah diterapkan di beberapa daerah. Bersama petani lokal setempat, bapak tiga anak ini pun kemudian mengembangkan benih-benih bibit semangka yang merupakan hasil persilangan.

Semangka menjadi pilihan bagi Mugiharjo dan rekan-rekannya karena buah-buahan ini banyak digemari masyarakat. Bentuknya pun dapat bermacam-macam.

Hasil jerih Mugiharjo tak hanya mendapat apresiasi dari para petani sekitar. Sebuah penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) diberikan lantaran berhasil mengembangkan dengan ukuran jumbo.

Advertisement

Namun  penghargaan  dari Muri ini membuat dirinya tak lantas berbesar hati. Baginya dapat mengembangkan bibit-bibit lokal unggul menjadi kepuasan tersendiri karena sebenarnya bibit tanaman atau buah lokal Indonesia tak kalah dengan bibit tanaman dari luar negeri.

“Penghargaan dari Muri bagi kami merupakan cambuk untuk terus mampu mengembangkan bibit lokal yang baik. Karena hal ini dapat membantu para petani lokal agar tak terlalu bergantung pada bibit impor lagi,” katanya.

(Indah Septiyaning W)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif