SOLOPOS.COM - Maria Y. Benyamin (Istimewa/Dokumen pribadi)

Rohali dan Rojali senang bukan kepalang. Dua tahun tak mudik, kini keduanya bisa pulang kampung. Duit THR sudah di tangan sejak pekan lalu. Semua rencana sudah tersusun rapi. Keluarga siap diboyong.

Suasana mudik kali ini memang beda. Ini kali pertama pemerintah membolehkan mudik, sejak Covid-19 menyerang, dua tahun silam. Tak heran, euforia terasa di sana-sini. Termasuk juga Rohali dan Rojali.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Di tengah gegap gempita mudik ini, ancaman macet pun seolah tak jadi soal. Yang penting pulang kampung. Urusan macet kemudian. Seloroh ini juga meluncur dari mulut Rohali & Rojali.

Keduanya memang tidak sendiri. Tahun ini, menurut survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub), bakal ada 85,5 juta orang yang akan mudik Lebaran. Jelas ini bukan angka yang sedikit.

Lima daerah dengan kontribusi pemudik terbanyak berasal dari Jawa Timur (14,6 juta orang), Jabodetabek (14 juta orang), Jawa Tengah (12,1 juta orang), Jawa Barat (9,2 juta orang), dan Sumatra Utara (4 juta orang).

Bayangkan perputaran uang yang tercipta dari sekitar 85 juta orang itu. Tentu tidak sedikit. Apalagi, dua tahun sudah agenda mudik ini tidak dilakukan.

Banyak yang berkelakar. Isi kantong pemudik tahun ini jauh lebih tebal. Tabungan yang seharusnya digunakan pemudik pada dua kali Lebaran sebelumnya tidak terpakai. Bisa jadi, jatah yang tidak terpakai itu menambah jajan mudik tahun ini.

Sejumlah indikator dapat dipakai untuk melihat geliat ekonomi jelang Lebaran 2022. Salah satunya lewat aktivitas penukaran uang baru yang tercatat mengalami peningkatan pesat.

Dalam catatan Bank Indonesia, hingga Kamis (28/4/2022) pagi, realisasi penukaran uang baru sudah menembus Rp172 triliun atau 98% dari target.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga punya hitungan tersendiri. Sandiago Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menghitung kontribusi cuan di sektor pariwisata dari para pemudik.

Angkanya pun tidak tanggung-tanggung, yakni hingga Rp72 triliun. Perhitungan ini didasarkan dari perkiraan bahwa sekitar 50% dari total pemudik tahun ini akan mengeluarkan uang masing-masing Rp1,5 juta per orang untuk tujuan wisata.

“Kalau 48 juta pemudik [dari total Rp85 juta orang] mengeluarkan uang sebesar Rp1,5 juta saja, total pengeluaran wisatawan bisa mencapai Rp72 triliun,” ujar Sandi.

Pengeluaran jumbo tersebut, menurut Sandi, tentu saja datangnya dari “Rohali” dan “Rojali”.  Memikat Rohali dan Rojali memang bukan perkara mudah. Namun, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif punya kiat tersendiri. Bagaimana pun, harus ada uang yang keluar dari kantong Rohali dan Rojali selama periode mudik ini, mulai dari promosi desa-desa wisata hingga mendorong tumbuhnya pusat kuliner dan jajanan di sepanjang jalur mudik. Termasuk pula uang yang terhimpun dari kantong Rohali dan Rojali untuk membeli buah tangan atau cendera mata.

Rohali mungkin agak pelit. Uang yang dikeluarkan bisa jadi tidak banyak. Paling banter hanya untuk membayar retribusi atau karcis masuk di tempat wisata. Akan tetapi, tetap saja, Rohali punya kontribusi meskipun kecil.  Beda dengan Rojali yang lebih royal. Rojali tentu akan mengeluarkan uang lebih banyak. Bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan Rohali.

Geliat ekonomi yang tercipta selama periode Lebaran tahun ini tentu menjadi angin segar bagi perekonomian nasional.  Sampai akhir 2021, ekonomi Indonesia tumbuh 3,69%; setelah pada tahun sebelumnya harus mencatat kontraksi 2,07%.

Angka pertumbuhan ekonomi pada 2021 memang di bawah target. Namun, capaian positif di tengah kondisi yang masih serba tak pasti tentu bukan suatu hal yang mudah. Apalagi, problem Covid-19 belum sepenuhnya teratasi. Habis Delta, Terbitlah Omicron. Habis Omicron, entah varian apalagi yang akan muncul.  Seperti pada saat ini. Omicron telah terkendali. Paling tidak angka kasus positif kian melandai. Bahkan, di sejumlah daerah, Covid-19 sepertinya sudah tak ada lagi, sehingga aktivitas kembali normal seperti sedia kala.

Di sisi lain, capaian program vaksinasi pun sangat baik. Sampai dengan Rabu (27/4/2022), total vaksinasi yang berhasil disuntikkan sudah menembus lebih dari 400,5 juta, dari target 450 juta dosis. Angka tersebut terdiri dari cakupan dosis 1 (199 juta), dosis 2 (164,5 juta), dan dosis 3 (36,8 juta).  Kombinasi kedua hal tersebut menjadi dasar bagi terlaksananya mudik tahun ini, yang tentu saja pada ujungnya akan memengaruhi geliat ekonomi di Tanah Air.

Pada tiga bulan pertama tahun ini, ekonomi diperkirakan tumbuh pada kisaran 5%. Tren pemulihan berada pada jalur yang tepat, sehingga optimisme itu pun cukup beralasan. Dengan aktivitas ekonomi Lebaran pada kuartal II/2022, dapat dipastikan pertumbuhan positif masih akan terus berlanjut, ditopang oleh belanja konsumen.

Sejumlah sektor, utamanya yang berkaitan dengan momentum Lebaran, mulai dari ritel, manufaktur, pariwisata, hingga transportasi, mulai memanen untung.  Aktivitas di sektor pariwisata dan transportasi yang sebelumnya masih merangkak, perlahan-lahan mulai berderu kembali. Pasalnya, momen Lebaran tidak saja menarik jutaan Rohali dan Rojali ke kampung halaman masing-masing, tetapi juga mendorong mereka menuju ke destinasi wisata lainnya.

Begitupun juga di sektor ritel. Belanja masyarakat untuk keperluan Lebaran tahun ini meningkat drastis. Indikator tersebut terlihat dengan jelas. Pusat perbelanjaan kini ramai pengunjung. Permintaan masyarakat yang tinggi terhadap berbagai produk ritel otomatis menggerakkan sektor manufaktur. Roda manufaktur yang sempat terhenti di tengah pandemi, sudah berputar dengan kencang.

Namun, sejumlah indikator positif di atas tentu harus tetap dipertahankan. Jangan sampai ini hanya kegembiraan sesaat saja. Ancaman masih tetap mengadang di depan mata.  Euforia mudik boleh saja, tetapi tetap harus disertai kewaspadaan yang tinggi. Lagi-lagi, jangan lengah. Pasalnya, Covid-19 belum sepenuhnya hengkang dari muka bumi ini.

Tren pemulihan ekonomi ini pun harus kita jaga, agar tak boleh keluar rel lagi, hanya karena kelengahan kita terhadap bahaya yang masih mengancam, yakni Covid-19.  Protokol kesehatan harus tetap dipatuhi. Tujuannya jelas. Kenaikan kasus pasca-Lebaran tidak boleh terjadi. Dengan demikian, Rohali dan Rojali masih tetap bisa tersenyum sepulang mudik nanti.

    ***

Ini bukan cerita tentang Rohali dan Rojali dari Betawi. Ini Rohali—rombongan hanya lihat-lihat; dan Rojali—rombongan jadi beli. Syukur-syukur, di antara Rojali, muncul Rogana, rombongan enggak pakai nawar. Selamat mudik, Rohali, Rojali, dan Rogana.



Artikel ini ditulis oleh jurnalis Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) Maria Y. Benyamin. Tulisan dimuat di HU Solopos, Jumat, 29 April 2022. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya