SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (freepik)

Solopos.com, CILACAP — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemudik yang melintasi jalur selatan Jawa Tengah (Jateng) waspada terhadap potensi hujan. Berdasarkan prakiraan cuaca, hujan masih berpotensi terjadi di wilayah Jateng selatan.

“Hingga saat ini potensi hujan di Jateng selatan masih ada. Karakteristik hujannya adalah hujan masa transisi,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa (26/4/2022) seperti dilansir Antara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mengatakan karakteristik hujan pada masa transisi ditandai dengan kondisi cuaca pada pagi hari yang cenderung panas, namun siang harinya mulai banyak awan terutama awan Cumulonimbus (Cb).

Hujan cenderung terjadi pada sore hingga malam hari dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, namun durasinya lebih pendek yang kadang disertai petir dan angin kencang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kondisi cuaca seperti dapat memicu terjadinya angin puting beliung,” katanya.

Baca juga: Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Geli Tapi Rasanya Enak

Hujan & Angin Kencang

Oleh karena itu, pemudik khususnya yang mengendarai sepeda motor diimbau untuk berhati-hati dan mewaspadai potensi terjadi hujan disertai angin kencang. Terutama di kawasan jalur selatan Jateng khususnya ruas Panulisan (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, red.) hingga Wangon.

Menurut dia, hal itu disebabkan kondisi jalan di ruas Panulisan hingga Wangon berliku dan banyak terdapat titik rawan longsor maupun ambles.

“Meskipun sedikit, longsoran tanah yang jatuh ke jalan raya saat hujan akan membuat jalan menjadi licin, sehingga berbahaya jika dilalui dengan kecepatan tinggi,” katanya.

Ia mengatakan informasi mengenai prakiraan cuaca khusus di jalur mudik dapat diakses melalui laman https://publik.bmkg.go.id/cuaca-mudik.

Baca juga: Kuliner Sup Ikan Kakap Khas Semarang, Kuahnya Seger Banget

Teguh mengatakan saat ini tekanan rendah yang masih ada hanyalah 98S yang berada di Samudra Hindia barat daya Jawa, sedangkan 99S yang sebelumnya muncul di Laut Banda telah menghilang.

Bahkan, kata dia, kondisi tekanan rendah 98S saat sekarang sudah melemah dan dampaknya terhadap curah hujan telah berkurang.

“Dengan demikian, faktor pemanasan lokal yang intensif yang akan lebih berperan untuk memicu terbentuknya awan konfektif pemicu hujan,” katanya menegaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya