SOLOPOS.COM - Suasana saat pelaksanaan simulasi operasi simpatik Serangan Janur Kuning, di simpang lima monumen Nyi Ageng Serang. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Janur kuning melengkung, kerap menjadi ungkapan yang menggambarkan sebuah acara pernikahan

 
Harianjogja.com, JOGJA-Janur kuning melengkung, kerap menjadi ungkapan yang menggambarkan sebuah acara pernikahan, dalam budaya masyarakat Jawa pada umumnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, jajaran Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta menjadikan janur kuning sebagai imbauan keselamatan berkendara di musim arus mudik dan balik Idul Fitri 2017.

Lalu lintas di simpang lima Nyi Ageng Serang, Karangnongko, Wates nampak padat, pada Minggu (18/6/2017) siang. Kendaraan pribadi dan angkutan nampak hilir-mudik.

Lalu, tak jauh dari deretan kerucut lalu lintas (traffic cone), sebuah kendaraan roda dua dihentikan dari lajunya. Padahal pengemudi tersebut patuh dan taat dengan lampu lalu lintas, melanjutkan perjalanan saat lampu menyala hijau.

Ternyata, patuh rambu lalu lintas tidaklah cukup, pengemudi dinilai masih abai keselamatan. Kendaraan roda dua itu, memang terlihat hanya digunakan untuk dua orang yang berboncengan. Namun, ada beban lain yang dibawa oleh pengemudi, yakni sejumlah kardus di bagian depan dan belakang motor.

Langsung saja, sejumlah aparat kepolisian berseragam mendekati dan mengajak sedikit tanya jawab bersama pengemudi motor itu, yang belakangan diketahui bernama Kasito. Awalnya ia tak paham, alasan ia diberhentikan, ternyata barang bawaannya hari itu terlalu banyak untuk ukuran pengendara sepeda motor.

Di saat bersamaan, seorang di antara aparat kepolisian mengikatkan janur kuning pada tangkai spion motor. Setelah itu, Kasito dan kerabatnya dapat melanjutkan perjalanan, tanpa ditilang.

“Saya membawa oleh-oleh, karena mau pulang kampung. Setiap lebaran saya mudik, dengan sepeda motor biayanya lebih hemat,” ujar lelaki 47 tahun itu.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kulonprogo, Ajun Komisaris Polisi Maryanto mengatakan, bukan tanpa alasan jajarannya mengikatkan janur kuning pada kendaraan Kasito.

Hal itu merupakan salah satu aksi simpatik, sekaligus upaya mengimbau pengendara, agar menerapkan keselamatan dalam berkendara. Ia berharap, setelah diikat janur kuning, pengemudi menjadi selalu ingat, untuk mematuhi rambu lalu lintas, marka dan berhati-hati di jalanan.

Pemasangan janur kuning itu efektif diberlakukan selama Operasi Ketupat Progo, mulai 19 Juni hingga 14 Juli 2017. Sedikitnya 495 orang personil yang akan dibekali janur kuning, disebar di sepanjang jalur utama, alternatif, dan di Pos Pelayanan dan Pos Pengamanan.

Pemasangan janur akan difokuskan di titik pemberhentian atau cek poin perbatasan Temon yang berbatasan dengan Purworejo, dan seluruh Pos Pengamanan di wilayah Jogja.

“Dalam istilah Jawa, janur merupakan penanda atau simbol keselamatan bersama. Jika dahulu dalam sejarah serangan umum para pejuang diberi tanda janur kuning di leher, kali ini para pemudik yang berjuang pulang dari rantau ke kampung halaman,” kata dia.

Selain operasi Serangan Janur Kuning, pihak kepolisian juga memasang sejumlah spanduk imbauan untuk berhati-hati, di titik rawan kecelakaan di kota gebleg renteng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya