SOLOPOS.COM - Foto udara hasil pantauan helikopter Basarnas atas arus lalu lintas di jalan tol darurat Brebes-Batang di Batang, Jateng, Jumat (23/6/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Mudik Lebaran 2017 difasilitasi jalan tol yang belum rampung dibangun namun difungsikan secara darurat untuk memecah arus lalu lintas.

Semarangpos.com, KENDAL — Mudik atau berbondong-bondong ke udik demi pulang ke tanah leluhur saat Lebaran tiba sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Tanah Jawa merupakan daerah Indonesia yang memiliki arus lalu lintas mudik paling padat. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan yang senantiasa timbul di berbagai ruas jalan kala musim mudik tiba, tak terkecuali menjelang Lebaran 2017 ini.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Salah satu upaya tersebut adalah memfungsikan ruas jalan tol yang belum rampung dibangun. Ruas-ruas jalan tol yang dapat dilalui dalam keadaan darurat tersebut memiliki gerbang di kawasan Brebes, Jawa Tengah. Setiap tahun, titik itu dinilai rawan kepadatan arus lalu lintas. Pada musim mudik Lebaran 2016, kemacetan di pintu Tol Brebes Timur atau yang kini sering disebut Brebes Timur Exit (Brexit) masih menjadi permasalahan.

Bahkan pada 2016, ada dugaan bahwa beberapa pemudik tewas akibat dampak kemacetan luar biasa yang terjadi di Brexit. Namun akibat adanya tol darurat atau disebut sebagai Jalan Tol Fungsional (JTF) yang menghubungkan antara Brebes hingga Gringsing, lalu lintas kawasan tersebut hingga H-2 Lebaran 2017 masih terpantau ramai lancar. Kekhawatiran akan terulangnya kemacetan hingga lumpuh total pada 2016 tidak terjadi.

Ekspedisi Mudik 2024

Berdasarkan data Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diterima Kantor Berita Antara, JFT Brebes-Gringsing memiliki panjang 110 km. Tol darurat tersebut terbagi tiga ruas tol, pertama Brebes Timur hingga Pemalang, kedua Pemalang hingga Kabupaten Batang dan ketiga adalah Batang hingga Semarang. Setiap ruas memiliki seksi yang terbagi dalam beberapa jarak:

A. Brebes Timur-Pemalang
Seksi III Brebes Timur-Tegal 10,40 km
Seksi IV Tegal-Pemalang 26,90 km
B. Pemalang-Batang
Seksi I Pemalang-Pekalongan 23,30 km
Seksi II Pekalongan-Batang 15,90 km
C. Batang – Semarang
Seksi I Batang-Batang Timur 3,20 km
Seksi II Batang Timur-Weleri 36,35 km
Seksi III Weleri-Kendal 11,05 km
Seksi IV Kendal-Kaliwungu 13,5 km
Seksi V Kaliwungu-Ngaliyan (Semarang) 7,90 km

Jika digabungkan dengan jarak hingga Ngaliyan, maka total jaraknya JTF adalah kurang lebih 145 km. Pada dasarnya jalan tol tersebut belumlah selesai dibangun sehingga belum pula layak beroperasi, namun bisa dilewati kendaraan bermotor roda dua dengan berbagai syarat.

Persyaratan JTF tersebut adalah:
– Pertama dapat dilintasi kendaraan dalam dua lajur (satu arah) untuk arus mudik maupun arus balik,
– Kedua bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut kecepatan maksimal adalah 40 km, sebab kondisi jalan masih berupa lantimbunan ditambah dengab leanconcrete (betontebal 10 cm).

Struktur tersebut terdiri jembatan juga, sudah selesai atau jembatan sementara dapat untuk dua lajur. Selanjutnya pintu keluar akan dihubungkan sementara pada jalan nasional atau jalan provinsi. Rambu masih sementara berupa stiker mata kucing dan patok pembatas jalan.

Penerangan Jalan Umum (PJU) hanya tersedia di beberapa lokasi, antara lain rest area, pintu keluar sementara, dan gerbang jalan tol. Lahan kosong disediakan untuk istirahat (rest area sementara) di beberapa lokasi sesuai kebutuhan. Pemasangan patok dengan reflektor terdapat pada sisi kiri dan kanan jalur fungsional dengan jarak antara kurang lebih 25 m.

Jalur fungsional ini hanya untuk kendaraan roda empat (pribadi), tidak untuk kendaraan truk, bis, dan roda dua. Jalur Fungsional direkomendasikan untuk digunakan pada pagi hingga sore hari (pukul 06.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB).

Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto meminta para pemudik pengguna jalur tol fungsional Brebes-Gringsing tidak melarikan kendaraannya dengan kecepatan lebih dari 40 km/jam. “Dalam menggunakan tol tersebut, agar kecepatan jangan melebihi 40 km/jam,” kata Irjen Setyo.

Pasalnya ketebalan beton pada jalur tersebut tipis sehingga pengemudi harus lebih berhati-hati. “Ketebalan beton hanya 10 cm, lebar tol 7 m, panjang tol 110 km,” katanya.

Pengemudi juga diharapkan tidak saling mendahului di tol tersebut karena kondisi jalannya berdebu sehingga bisa mengganggu pandangan pengemudi bila kecepatan kendaraan dipacu tinggi. “Di sana banyak debu. Jangan menyalip karena mengganggu pandangan,” katanya.

Setyo menambahkan bila pemudik menggunakan tol fungsional pada malam hari, diharapkan lebih berhati-hati karena belum ada lampu penerangan permanen di sana. “Rawan kalau di malam hari, lampu yang ada lampu portabel, bukan lampu permanen,” katanya.

Dari para pemudik yang sudah melewati JTF tersebut, Kantor Berita Antara mendapatkan beragam komentar, baik yang mendukung dan masih memberikan kritikan. Ayos, salah satu pemudik dari Jakarta menuju Magelang berkomentar bahwa sebenarnya secara struktur jalan tersebut belum layak untuk dilewati.

“Wah jalannya masih parah, banyak pasir, debu tebal kalau cuaca kering dan berbahaya ketika hujan, ditambah lagi tidak ada penerangan, gelap,” kata Ayos. Namun ketika memberikan komentar Ayos juga mendukung langkah dibukanya JTF ini.

Menurutnya secara fungsi memang membantu, mampu menguraikan kemacetan yang biasa terjadi di Brebes. “Lebih mendinglah setelah adanya JTF ini, daripada tidak ada bisa-bisa seperti kejadian tahun lalu, lumpuh total Brebes,” katanya.

Pendapat lainnya datang dari Jono yang menggunakan mobil pribadi bersama rekannya menuju Solo. Jono berkomentar bahwa tol fungsional tersebut sangat membantu mengurai kemacetan.

“Saya setiap tahun mudik dengan kendaraan pribadi, saya selalu trauma dan was-was di Brebes, tapi tahun ini ternyata tidak seperti yang dikhawatirkan, tol ini mampu mengurai. Walau antrean lajur tetap padat namun tidak seburuk tahun lalu,” kata Joni.

Namun ia memberikan imbauan lain kepada pemudik yang melewati lajur ini untuk hati-hati, sebab sambungan jalan antar beton masih tajam, berbahaya bagi ban mobil jika keadaan ban sudah aus. Selain itu, angin yang bertiup kencang membuat debu beterbangan, sebaiknya selalu tutup kaca pintu mobil. Kemudian tanah masih labil, mudah longsor.

Angga, juga pemudik dari Jakarta, bahkan rela menunggu sejak dini hari agar bisa melewati tol tersebut. “Saya sampai di gerbang tolnya jam 01.00 WIB dini hari. Tapi sudah ditutup, dibuka lagi jam 06.00 WIB pagi, tapi saya tunggu saja sekalian istirahat, karena ingin mencobanya, kapan lagi kan?” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya