SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Muda Berkarya hadir setiap Jumat di The Young Koran Umum Solopos diasuh oleh Astrid Widayani, inisiator Youth Reinforcement Program (YRP).  Sekretariat YRP di Jl. MT Haryono 34B, Manahan, Solo, Telepon  (0271) 7467243, WA 08562816271

Solopos.com, SOLO —  Ketika teknologi semakin berkembang, seluruh dunia ada dalam genggaman. Istilah tersebut sangat populer di kalangan masyarakat saat ini karena hampir semua aktivitas sehari-hari memang sudah bisa dilakukan dengan ponsel pintar (smartphone). Adanya disrupsi digital tidak bisa dihindari lagi. Perkembangan teknologi membawa perubahan yang lebih cepat dari perkiraan kita. Satu hal yang menjadi pertanyaan mendasar: “Bagaimana kita bisa menyesuaikan diri di era digital?”

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Ada tiga tahapan yang bisa membantu kita untuk dapat menyesuaikan diri di era digital. Pertama learn the process. Kita harus belajar bagaimana perubahan digital ini memengaruhi proses baik dari segi bisnis maupun implementasinya. Proses baru yang lebih efisien dan pemanfaatan tools akan sangat penting untuk dikuasai, supaya tujuan dari digitalisasi bisa tercapai.

Tahapan kedua adalah learn the model. Kita harus memahami bentuk atau wujud baru sebuah model bisnis maupun model digital lainnya. Sebagai contoh banyak start up baru yang menggantikan model bisnis lama seperti aplikasi reservasi penginapan yang bisa dipesan secara online. Model bisnis baru ini bisa langsung bekerja sama dengan pemilik properti tanpa harus memiliki modal besar untuk berinvestasi.

Tahap terakhir adalah learn the experience. Secara tidak langsung kita yang hidup di era digital sudah tentu merasakan pengalaman menjadi konsumen atau customer dengan pengalaman yang sangat berbeda. Semua aktivitas menjadi lebih praktis dan lebih efisien. Apabila kita ada di posisi sebagai pemilik usaha juga harus memahami dari sudut pandang pengalaman yang dirasakan konsumen untuk bisa mengikuti perubahan dan menyesuaikan diri.

Kemampuan Sarjana

Kegiatan Astrid Widayani

Digitalisasi sangat memengaruhi kualifikasi kebutuhan sumber daya manusia. Lulusan sarjana tidak hanya dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmunya namun juga harus memiliki keahlian di luar ilmu sesuai gelar akademik di bidangnya.

Fakta yang terjadi adalah ilmu sesuai gelar akademik hanya memiliki pengaruh sebesar 10% dari keseluruhan kualifikasi baru yang dibutuhkan di era ini. Sisanya adalah keahlian yang harus dimiliki terdiri atas 20% kemampuan soft skill, 20% kemampuan sosial termasuk kemampuan adaptasi, dan persentase dominan sebesar 50% adalah kemampuan praktik atau pengalaman kerja.

Maka bisa disimpulkan bahwa SDM yang dibutuhkan untuk memenuhi disrupsi digital saat ini adalah angkatan kerja yang terampil dan mampu beradaptasi dengan cepat dalam mengaplikasikan bidang ilmu tertentu disertai penguasaan IT.

Dalam menghadapi perubahan kebutuhan angkatan kerja yang ada saat ini, kita sebagai generasi milenial harus segera menyiapkan diri secara maksimal untuk siap bersaing. Persiapan ini meliputi bekal ilmu akademis, soft skill, bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dan juga pemahaman tentang Digital Literacy.

Dalam pemenuhan bekal tersebut, Youth Reinforcement Program (YRP) sudah mengemas sebuah kurikulum selama 3 bulan pendampingan secara intensif. Pendampingan juga dilakukan berdasarkan kebutuhan personal sesuai dengan bidang ilmu, minat, dan bakat masing-masing individu. Perubahan dunia yang dikenal dengan ‘World Shifting’ sudah berlangsung. Kapan kamu akan lebih menyiapkan diri kalau tidak dimulai dari sekarang? How agile are you?

Salam Muda Berkarya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya