SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Muda Berkarya hadir setiap Jumat di The Young Koran Umum Solopos diasuh oleh Astrid Widayani, inisiator Youth Reinforcement Program (YRP).  Sekretariat YRP di Jl. MT Haryono 34B, Manahan, Solo, Telepon  (0271) 7467243, no handphone 08562816271.

Solopos.com,  SOLO — Saat ini sudah banyak fasilitas yang bisa digunakan generasi millenial dalam proses pengembangan diri dan keilmuannya. Pendidikan formal sejak pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi juga sudah bisa dipelajari tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Pengembangan ilmu yang didapat di lembaga pendidikan formal juga sangat beragam. Mulai dari self learning dengan berbagai macam media seperti buku dan internet, hingga group learning dengan cara mengikuti acara seminar, workshop, coaching, dan sebagainya.

Pengetahuan yang didapat melalui berbagai kegiatan tersebut tentunya bisa menambah wawasan dan pengetahuan tiap individu. Ketika berhadapan dengan individu lain dalam konteks persaingan, hampir semua memiliki bekal ilmu yang sama sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Ilmu pengetahuan (knowledge) bisa diukur dari seberapa aktif kita menambah ilmu dengan berbagai fasilitas yang ada di luar pendidikan formal. Pada kenyataannya, ilmu pengetahuan (knowledge) saja tidak cukup.

Kita harus memiliki keunggulan berupa keterampilan (skill). Keterampilan dibedakan antara hard skills dan soft skills. Keterampilan berupa hard skills rata-rata sudah diimplementasikan di lembaga pendidikan formal dalam bentuk praktek, outing class, dan ilmu terapan sesuai bidang ilmunya, sedangkan soft skills lebih fokus pada bagaimana individu bisa sukses dalam berhubungan dengan orang lain.

Hal inilah yang akan menjadi pembeda antara calon pelamar yang bisa langsung diterima kerja sesuai dengan kualifikasinya dan lulusan sarjana yang hanya melamar kesana kemari dengan kemampuan akademik yang sama.

Satu hal yang membedakan antar satu individu dengan individu yang lain adalah konsep diri. Minggu lalu sudah saya bahas mengenai perbedaan antara kepribadian dan karakter.

Konsep diri merupakan perwujudan dari keduanya dalam bentuk respon individu sebagai makhluk sosial. Konsep diri muncul sebagai personal branding yang ingin ditunjukkan kepada orang lain tentang diri kita.

Positif

Astrid Widayani

Maka, sangatlah penting bagi kita sebagai anak muda untuk bisa bereaksi secara positif dalam mengenalkan konsep diri kita dalam lingkungan masyarakat. Tentunya dalam mengembangkan konsep diri, harus dimulai dengan refleksi diri atau introspeksi diri dan diakhiri dengan aksi.

Bukan sekadar membuat sebuah konsep diri tetapi bagaimana konsep diri itu diwujudkan sebagai pembeda diri kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan berbagai fasilitas di era digital ini, sebaiknya kita sebagai generasi muda lebih bijak dan bisa memilah apa saja yang sebaiknya dishare atau dipost di media sosial maupun di media lain yang bisa meninggalkan jejak digital. Apapun yang muncul dari jejak digital itulah yang menunjukkan siapa diri kita di mata orang lain.

Di satu sisi, kelebihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengembangan diri individu di era digital saat ini tidak terbatas. Namun di sisi lain apabila kita belum mampu mengenali diri, belum bisa menampilkan konsep diri, dan belum memiliki keunggulan keterampilan sesuai dengan potensi diri, maka kita tidak mungkin akan memenangkan persaingan apalagi bisa menjadi orang sukses sesuai bidangnya. So, are you ready to compete?

Salam Muda Berkarya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya