SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Muda Berkarya hadir setiap Jumat di The Young Koran Umum Solopos diasuh oleh Astrid Widayani, inisiator Youth Reinforcement Program (YRP).  Sekretariat YRP di Jl. MT Haryono 34B, Manahan, Solo, Telepon  (0271) 7467243, WA 08562816271.

Solopos.com, SOLO — Sebagai kota Budaya, Solo terkenal akan keberagaman masyarakat yang hidup secara berdampingan dan budaya lokal yang masih terjaga. Budaya lokal Solo masih bertahan dari gempuran berbagai macam invasi budaya asing yang masuk disertai dengan modernisasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Anak muda Solo sebagai generasi penerus dan penjaga warisan budaya, hendaknya bisa lebih bijak membedakan antara menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan upaya konservasi akar budaya lokal.

Seiring dengan semakin banyaknya pilihan sarana transportasi antar negara dengan low budget transportation, maka mobilitas masyarakat di dunia semakin meningkat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain sangat dinamis disertai pula dengan perpindahan local culture value.

Hal ini bisa menjadi keunggulan atau justru sebaliknya menjadi kelemahan bagi setiap budaya lokal sebuah negara.  Apabila warga sebuah negara bisa menjadikan budaya lokal sebagai sebuah ciri khas hingga bisa diterapkan di bisnis, industri maupun pariwisata, maka budaya lokal akan terjaga dengan kuat dan bisa menjadi keunggulan negara tersebut.

Sebaliknya, apabila budaya lokal terkikis hingga tidak nampak sebagai ciri khas sebuah negara, maka bisa jadi budaya lokal negara tersebut akan bergeser atau bahkan bisa hilang.

Saat mengunjungi sebuah negara atau kota, tentu kita akan merasakan apa yang menjadi budaya lokal dari daerah tersebut. Budaya lokal hadir sebagai penanda dan pembeda sehingga sekuat apapun globalisasi atau modernisasi tidak akan mempengaruhi karakter kita sebagai sebuah bangsa atau sebagai warga di daerah tertentu.

Di sisi lain, untuk bisa menghadapi globalisasi, kita harus menyiapkan diri dengan kemampuan komunikasi dengan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, menambah ilmu atau keterampilan, dan membuka wawasan baru.

Sebagai generasi milenial, bukan hanya kemampuan bersaing dalam penguasaan teknologi atau bahasa asing saja yang harus dikuasai, tetapi juga wawasan kebangsaan dan kedaerahan dalam bentuk budaya lokal.

Nilai-nilai budaya yang tumbuh menjadi karakter diri akan memudahkan kita dalam menjalankan peran sebagai warga dunia. Karakter diri yang kuat inilah yang menjadikan anak muda berperan sebagai pilar penjaga budaya untuk dapat diteruskan ke generasi berikutnya.

Pengetahuan mengenai Cross Cultural Understanding dan Embracing Local Value sangat penting untuk dipelajari di era globalisasi. Bahasa, teknologi, dan budaya menjadi jembatan dalam pemahaman kedua hal tersebut.

Penguasaan local culture, English skill, digital literacy, dan pengembangan diri tentu akan melesatkan kita menuju generasi milenial yang siap menghadapi tantangan zaman. Pada akhirnya, generasi milenial tidak akan hanyut pada derasnya arus globalisasi dan melupakan jati dirinya sebagai sebuah bagian dari suatu budaya.

Youth Reinforcement Program (YRP) sangat peduli pada pengembangan karakter diri yang positif. Bersama YRP, saya ingin mendampingi generasi muda khususnya anak muda Solo untuk siap bersaing di tingkat Internasional namun tidak lupa akan jati diri dan akar budayanya.

Salam Muda Berkarya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya