SOLOPOS.COM - Kamper melati buatan Emi. (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Mubeng Beringharjo berupa barang buatan manual.

Harianjogja.com, JOGJA — Aroma melati menyebar di sebuah sudut Pasar Beringharjo, Jogja. Aroma tersebut rupanya berasal dari kamper yang dijual Emi.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

(Baca Juga : MUBENG BERINGHARJO : Mbah Jiwo, Penjual Tembakau Rajangan yang Legendaris)

Emi mengakatan, ia membuat sendiri kamper tersebut. Ia mengatakan, kamper tersebut berfungsi untuk mengarumkan ruangan, lemari, dan kamar mandi. Kamper tersebut juga anti kecoa dan tikus.

“Saya membuat sendiri kamper ini,” kata dia kepada Harianjogja.com di Pasar Beringharjo, Jogja, Selasa (13/9/2016).

Bahan-bahan membuat kamper ia dapat di toko-toko di Jogja. Warga Gondomanan, Jogja ini sudah sejak tujuh tahun lalu memproduksi kamper sendiri dan dijual di pasar. Proses pembuatannya memakan waktu lebih dari 12 jam setiap harinya. Ia biasa mulai pukul 10.00 WIB dan berakhir pukul 23.00 WIB. Rata-rata ia memproduksi kamper 10 kg per hari.

“Saya mencetaknya di cetakan kue sehingga bentuknya bagus. Saya sebenarnya ingin menambahkan warna, tapi takut kalau malah mengotori pakaian jadi akhirnya pakai warna alami saja yakni putih,” ungkap dia.

Untu aroma melati, ia mempertahankan aroma itu sejak lama. Pasalnya, para pelanggannya lebih menyukai aroma melati dibandingkan aroma lainnya. Jika pelanggan ingin aroma lain, Emi sanggup untuk menurutinya.

Emi kemudian mengemas kamper-kamper itu. Dalam setiap bungkus ada empat buah kamper yang ia jual seharga Rp7.500. Peminatnya pun banyak. Saat sepi, ia bisa mendapatkan pemasukan Rp200.000 per hari dan saat ramai bisa mencapai Rp400.000. Saat-saat ramai biasanya saat musim liburan tiba.

(Baca Juga : MUBENG BERINGHARJO : Berburu Buku di Kawasan Titik Nol Kilometer)

“Dulu sebelum saya buat sendiri, ada yang menyetori. Tapi beliau sudah meninggal karena sudah tua. Sekarang saya bikin sendiri,” kata dia.

Ia mengaku bersyukur dengan hasil yang ia dapat setiap hari. Ia memiliki tekad untuk bisa mandiri berusaha daripada harus bekerja untuk orang lain. “Daripada saya ikut orang, lebih baik saya buka usaha sendiri. Hasilnya lumayan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya