SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN — Para pembalap menarik gas ketika pintu start diturunkan. Mereka beradu cepat di lintasan tanah yang sebagian sudah diguyur air.

Ada yang menarik gas sekencang-kencangnya meliuk di tiap tikungan hingga melompat pada lintasan tanjakan. Ada pula yang berjalan pelan melewati lintasan yang bergelombang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di tengah putaran, salah satu sepeda motor macet. Namun, tak berapa lama pembalap kembali menarik gas melanjutkan balapan.

Mereka bukan pemalap profesional melainkan delapan kepala desa (kades) dan perangkat desa di wilayah Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Mereka beradu balap sebagai pembuka ajang Open Grasstrack 2018 di Sirkuit Sukorini Bersinar, Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Sabtu (20/10/2018) sore.

Sepeda motor yang digunakan untuk balapan pun bukan motor balap, melainkan sepeda motor dinas kades. Pelat nomor merah pada bagian depan ditutup kertas menunjukkan nomor pembalap.

Pada balapan kelas perangkat desa itu, mereka mengitari lintasan sejauh 1 km sebanyak empat putaran. Hasilnya, Kaur Pemerintahan Desa Tanjungsari, Kecamatan Manisrenggo, Hasyim Haryono, menjuarai balapan.

“Salah satu persiapannya dengan mengganti gir sepeda motor bagian depan dari 14 gigi ke 13 gigi agar tarikannya lebih kuat,” kata Hasyim saat ditemui seusai balapan.

Hasyim mengatakan sepeda motor dinas kades menjadi pilihan balapan lantaran tak semua kades atau perangkat desa memiliki sepeda motor trail.

“Tujuan kami berpartisipasi pada balapan ini untuk memancing kades yang lebih muda siapa tahu bisa ikut berpartisipasi,” urai dia.

Sementara itu, ajang grasstrack diikuti sekitar 200 pembalap dari berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, serta DIY. Ajang tersebut digelar rutin Mitra Motor Club (MMC) bekerja sama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Ketua panitia, Sri Purwanto, mengatakan ada 27 kelas yang dipertandingkan sepanjang Sabtu-Minggu (20-21/10/2018). Kelas yang dipertandingkan di antaranya lokal Gondang Winangun, kelas pemula event, junior, senior, kelas open, usia 8-12 tahun, kelas SE 50 cc, serta SE 45 cc.

Total hadiah yang disediakan Rp80 juta. “Ajang ini digelar setahun dua kali sejak 2013. Tujuannya untuk pembinaan kepada para pembalap muda. Selain itu juga untuk mengurangi aksi balap liar. Daripada balap liar di jalur umum, lebih baik disalurkan melalui ajang resmi,” katanya.

Balapan tersebut digelar di tanah bengkok kades setempat. Luas lahan yang dijadikan lintasan balapan sekitar 2 hektare (ha).

Kades Sukorini, Siswanto, mengatakan tanah bengkok kades dijadikan lintasan balap lantaran selama ini lahan tersebut dinilai kurang produktif. Lantaran hal itu, sejak 2013 lahan tersebut digarap warga secara swadaya dan dijadikan lintasan balap.

“Kebetulan banyak warga kami yang menjadi penggemar trail,” katanya.

Rencananya, lahan tersebut segera dialihkan menjadi kas desa. Dari pengalihan itu, kawasan tersebut difokuskan untuk menggelar kejuaraan grasstrack atau motocross hingga menambah pendapatan asli desa.

“Rencananya untuk pengalihan dan penggarapan dialokasikan Rp400 juta. Selama ini pendapatan asli desa sekitar Rp92 juta/tahun dari lelang tanah kas serta pengelolaan BUM desa,” katanya.

Salah satu pembalap, Yoga Prasetya, 16, mengatakan sirkuit Sukorini Bersinar nyaman untuk balapan. “Banyak lintasan lurus serta tak banyak ditemukan kubangan yang berbahaya,” kata pebalap yang turun pada kelas pemula dan junior itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya