SOLOPOS.COM - -- Seorang crosser tengah beraksi di sirkuit motor trail di Desa Klodran, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Selasa (2/7/2013) sore. Ratusan warga memenuhi lokasi itu untuk melihat atraksi para crosser. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

 Seorang crosser tengah beraksi di sirkuit motor trail di Desa Klodran, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Selasa (2/7/2013) sore. Ratusan warga memenuhi lokasi itu untuk melihat atraksi para crosser. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Suara raungan mesin motor trail memenuhi areal tanah kosong yang telah disulap menjadi sirkuit balap motocross di Desa Klodran, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Selasa (2/7/2013) sore. Ratusan pasang mata memandang kagum atraksi para crosser [sebutan untuk pembalap motocross].

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Sebagian warga melihat dari jarak dekat, sementara yang lainnya berada di pinggir Jl Adi Soemarmo pada sisi selatan. Para crosser yang sebagian besar berada di bawah naungan Wahyu Gareng Trail School (WGTS) beradu kelincahan mengendalikan motor pada lintasan berkelok itu sejak tiga pekan terakhir. Mereka menjalani latihan intensif tiap sore demi masa depan mereka sebagai crosser.

“Mereka belajar menjadi crosser yang kelak akan meraih prestasi di tingkat nasional. Hari ini hanya ada empat anak yang ikut. Totalnya ada sembilan orang anak yang ikut berlatih bersama saya. Yang terkecil, baru kelas III SD. Yang paling besar, juara I Seri III Kejurnas Motocross 2013, Ivan Hari,” terang pelatih WGTS, Wahyu Wijayanto, 33, saat ditemui Solopos.com seusai latihan.

Wahyu atau biasa disapa Gareng itu menuturkan, ia memimpikan adanya kaderisasi pembalap motor trail di Solo. Selama ini, imbuhnya, Solo dikenal telah menelurkan pembalap-pembalap handal yang mampu meraih prestasi di tingkat nasional. Ia berharap anak-anak yang kini tengah belajar itu kelak juga akan jadi crosser hebat.

“Dulu Ivan belajar motor trail dengan saya. Saat itu usianya baru sembilan tahun. Kini, kami lebih seperti sahabat yang sering ngobrol dan sebagainya. Sampai tujuh tahun ke depan, saya yakin Ivan masih akan jadi juara nasional. Setelah itu, penggantinya sudah siap meneruskan prestasi wong Solo. Kalau tidak ada kaderisasi, pembalap motor trail di Solo bisa hilang,” ujar lelaki yang kini fokus hanya pada kejuaraan Trial Game Djarum 76 itu.

Sementara itu, Ivan Hari, 18, saat ditemui Solopos.com seusai latihan, Selasa, mengatakan ia berlatih setiap hari. Kehadirannya di sirkuit di Desa Klodran itu dilakukan karena sirkuit yang biasa ia gunakan di daerah Mojosongo, Solo, tengah direnovasi.

“Setiap hari harus latihan. Kalau enggak gitu, enggak bisa jadi juara,” ujar peringkat II klasemen sementara Kejurnas Motocross itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya