SOLOPOS.COM - Gubernur Jateg, Bibit Waluyo (Dok/JIBI)

Gubernur Jateg, Bibit Waluyo (Dok/JIBI)

SEMARANG–Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Bibit Waluyo, lempar handuk alias menyerah perihal dugaan mobilisasi dan intimidasi PNS di Kabupaten Boyolali.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepada Solopos.com, Senin (18/2/2013), Bibit mengatakan sudah pernah mengingatkan Bupati Boyolali. Selaku Gubernur, imbuh Bibit paling hanya sebatas mengingatkan saja kalau ada bupati/walikota melanggar aturan.

“Kalau sekadar peringatan ojo ngono ojo ngene sudah saya lakukan, tapi tak ada hasilnya,” imbuhnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengatakan bila memang ada bukti pelanggaran hukum dilakukan Bupati Boyolali, Seno Samodro supaya dilaporkan kepada aparat penegak hukum. “Ini supaya menjadi pelajaran bagi kepala daerah lain supaya tidak melanggar aturan.”

Pernyataan Gubrnur ini, menanggapi adanya dugaan intimidasi terhadap pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Boyolali supaya loyal terhadap Bupati Seno Samudro.

Menurut Bibit, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng tak bisa campur tangan terhadap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. “Sesuai ketentuan UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah pemerintah kabupaten merupakan daerah otonom,” tandasnya.

Untuk itu, kata mantan Pangdam IV/Diponegoro, selain di laporkan ke aparat penegak hukum, kalau media mempunyai data pelanggaran yang dilakukan Bupati Boyolali supaya ditulis. “Silahkan ditulis saja, biar masyarakat umum tahu,” tukasnya.

Gubernur menambahkan merasa prihatin dengan adanya permasalahan PNS seperti terjadi di Boyolali tersebut. ”Semestinya dalam menjalankan pemerintahan ada rewarda and punishment terhadap kinerja PNS, sehingga tak menimbulkan gejolak,” katanya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, dalam dua bulan terakhir ini, atmosfer di lingkungan PNS Boyolali panas-dingin. Penyebabnya, ada mobilisasi PNS untuk kepentingan politik.

Mereka secara bergiliran dikumpulkan di berbagai lokasi, mulai Panti Marhaen [kantor DPC PDIP Boyolali], gedung sekolah, kantor kecamatan hingga kantor kelurahan.

Seperti pada pertemuan di aula SMAN 1 Boyolali, ratusan PNS duduk berjajar di sana. Mereka datang untuk memenuhi sepucuk undangan bertema Silaturahmi PNS Kelurahan Pulisen, Sabtu (9/2/2013) malam.

Yang lebih tak bisa dipahami, kata sumber JIBI/SOLOPOS, acara berkedok silaturahmi PNS malam itu menghadirkan Seno Kusumoharjo, kakak Bupati Boyolali yang notabene di luar struktur PNS.

“Nah, dia yang pidato panjang dan menceramahi kami. Dia bilang punya orang-orang yang bisa mengawasi PNS yang tak loyal.”

Mobilisasi PNS di Boyolali ini memang tak ubahnya Orde Baru berwajah baru. Kegiatannya tak sekadar melibatkan para pejabat eselon II atau Sekda. Di belakangnya ada kekuatan besar dari keluarga Bupati Seno Samodro.

Dari rekaman pidato yang berhasil diperoleh Solopos.com, Seno Kusumoharjo pada silaturahmi malam itu mengaku sebagai sesepuh masyarakat Boyolali. Dia berkali-kali menyinggung soal tragedi mutasi besar-besaran PNS di Boyolali yang disebabkan oleh hukum sebab-akibat. “Jangan menjelek-jelekkan Bupati agar tak terjadi ‘tsunami’ 2010 lalu. Itu terjadi karena ada sebab akibat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya