SOLOPOS.COM - Sistem swakemudi sedan Tesla tipe S (Reuters)

Mobil Tesla mengumumkan telah merenggut nyawa dengan fitur autopilotnya.

Solopos.com, KALIFORNIA – Perusahaan mobil listrik Tesla Motors mengumumkan kematian pertama akibat teknologi autopilot produknya, Kamis (30/6/2016). Lewat laman resmi di teslamotors.com, perusahaan yang bermarkas di Sao Paulo, Kalifornia, Amerika Serikat itu menulis saat ini Badan Nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Jalan Amerika Serikat (NHTSA) tengah menyelidiki kasus tersebut.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kecelakaan yang terjadi di Florida pada 7 Mei 2016 itu merupakan kecelakaan pertama akibat mobil otonom Tesla. Kendaraan yang terlibat kecelakaan adalah sedan Model S keluaran 2015. Kehilangan Yang Tragis, demikian tulis judul siaran pers tersebut. Tesla menyebut kasus ini merupakan kecelakaan yang menyebabkan korban tewas pertama setelah 130 juta mil (209 juta km) sejak fitur autopilot digunakan.

Di antara semua kendaraan di Amerika Serikat, kasus kematian terjadi setiap 94 juta mil (151 juta km). Sementara di seluruh dunia angka kematian berada di kisaran setiap 60 juta mil (96 juta km). Hal ini penting untuk menekankan tindakan NHTSA hanyalah sebuah evaluasi awal untuk menentukan apakah sistem kami bekerja sesuai harapan.

“Mengikuti praktik standar kami, informasi NHTSA tentang kejadian segera setelah terjadi. Apa yang kita tahu adalah bahwa kendaraan itu mengaktifkan fitur autopilot,” tulis Tesla.

Kecelakaan terjadi setelah sebuah truk trailer melaju di jalan raya dengan posisi tegak lurus terhadap mobil sedan Tesla tipe S.

Sistem otonom maupun pengemudi melihat sisi putih dari truk trailer terhadap langit sama-sama terang benderang, sehingga rem tak bisa menyala. Tingginya truk trailer yang warnanya hampir menyatu dengan langit dikombinasikan dengan posisi di seberang jalan membuat mobil sedan Tesla terus melaju di bagian kolong trailer (mengira truk trailer itu adalah langit).

“Penting untuk dicatat bahwa Tesla menonaktifkan swakemudi secara default dan membutuhkan pengakuan eksplisit bahwa sistem ini termasuk teknologi baru dan masih dalam tahap beta publik sebelum dapat diaktifkan,” tulisnya lagi.

Saat pengemudi mengaktifkan autopilot, akan muncul kotak peringatan. Peringatan tersebut di antaranya menyebut fitur otonom mengharuskan tangan pengemudi tetap berada di roda kemudi.

Selain itu, pengemudi tetap perlu mempertahankan kontrol dan tanggung jawab kendaraan. “Setiap kali autopilot bergerak, mobil akan mengingatkan pengemudi untuk selalu menjaga tangan pada kemudi. Bersiaplah untuk mengambil alih setiap saat,” imbuh mereka. Sistem tersebut juga sering memberi peringatak jika dalam masa tertentu tangan pengemudi lepas dari stir mobil.

“Sistem memberikan peringatan visual dan bunyi yang terdengar jika tangan tidak terdeteksi (di kemudi). Kemudian secara bertahap memperlambat mobil sampai tangan terdeteksi lagi,” ketik mereka.

Di sisi lain, melansir Reuters, Jumat (1/7/2016), NHTSA akan melakukan pemeriksaan terhadap desain dan performa teknologi otonom yang digunakan korban saat terjadi kecelakaan. Tesla menyebut korban yang diketahui bernama Joshua Brown, 45, itu adalah kolega dan sahabat baik.

Brown baru-baru ini juga diketahui telah mengunggah rekaman dashcam yang menunjukkan sistem kerja autopilot pada Tesla Model S miliknya. Sistem itu berhasil menghindari tabrakan samping secara otonom, sementara ia membaca buku dan mendengar musik.

Investigasi NHTSA tersebut nantinya dapat berujung pada penarikan produk dari pasaran. Atau paling tidak, perusahaan milik Elon Musk itu bakal diminta memperbarui sistem swakemudi seluruh sedan tipe S.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya