SOLOPOS.COM - Datsun Go MPV (ilustrasi /Datsun.com)

Solopos.com, JAKARTA—Munculnya varian baru segmen mobil murah dengan harga terjangku (LCGC) seven seater yang akan dimotori PT Nissan Motor Indonesia (NMI)  sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM) Datsun, diprediksi akan mengubah peta pangsa pasar otomotif Tanah Air.

Pasar yang diramalkan akan terpengaruh secara signifikan dengan adanya varian terbaru ini adalah segmen low MPV dan LCGC five seater. Meskipun masih menunggu waktu, pihak ATPM maupun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), tidak menampik pertanyaan wartawan jika LCGC seven seater akan menurunkan pangsa pasar segmen lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Seven seater akan tergantung pasar. Pasar akan melihat merek, bagus apa tidak. Mungkin saja dengan adanya LCGC seven seater ada perubahan segmentasi atau volume pasar. Kemungkinan menurunkan pasar low MPV menjadi 25% bisa saja terjadi,” kata Ketua Umum Gaikindo Sudirman MR, Rabu (7/5/2014).

Hal senada diamini pula oleh Head of 4w Sales, Marketing & DND Director PT Suzuki Indomobil Sales Davy J. Tuilan. Meskipun segmen LCGC masih lemah dalam hal security dan safety, hadirnya seven seater jelas akan menarik minat konsumen dari segmen lain.

“Mungkin pangsa pasar low MPV turun ke 25% atau 26%. Yang jelas kalau ada LCGC seven seater angkanya bisa berubah. Untuk LCGC yang lain pun akan terpengaruh. Kita harus melihat animo terhadap seven seater ini, karena ada faktor-faktor yang harus diperhitungkan seperti safety dan security yang semuanya tidak ada di LCGC,” ucapnya belum lama ini.

Prediksi tersebut bukan hisapan jempol. Menurut Davy, karakteristik konsumen otomotif di Indonesia khususnya kelas menengah sebagai kelas dengan pertumbuhan tercepat, menyukai kendaraan dengan jumlah kursi penumpang yang relatif banyak.

“Mayoritas orang Indonesia suka seven seater. Di setiap segmen kalau bisa seven seater itu ada, karena menarik buat keluarga,” ucapnya.

Perubahan Harga

Segmen LCGC sendiri sebenarnya saat ini sedang menunggu kepastian perubahan plafon harga dari pemerintah. Harga off the road yang dipatok sebesar Rp95 juta dinilai sudah kadaluarsa. Pihak ATPM kini masih menunggu kabar pasti dari Gaikindo.

Sementara itu Gaikindo sendiri saat ini masih menunggu ajakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk membicarakan perubahan plafon harga tersebut.

Gaikindo sudah ngebet agar plafon harga segera direvisi. Menurut Sudirman, perubahan ini sangat tergantung dengan exchange rate dan tingkat inflasi yang terus membumbung tinggi.

“Iya harus direvisi, karena ada pengaruh dari exchange rate dan komponennya pun masih diimpor. Kemudian pertimbangannya adalah tingkat inflasi, itu faktor sebetulnya. Dulu ngitung production cost-nya dengan dasar yang lama, sekarang naik semua. Kalau pemikiran saya yang harus ditinjau pemerintah faktor itu tadi,” katanya.

Meskipun revisi plafon harga memiliki tingkat urgensi yang tinggi, saat ini yang diprioritaskan Gaikindo terkait segmen LCGC adalah kepastian perubahan lubang saluran bahan bakar yang harus disesuaikan dengan nozzle di SPBU.

Hal itu dikarenakan berkenaan langsung dengan kebijakan pemerintah terkait larangan penggunaan bahan bakar subsidi oleh LCGC. Hingga saat ini Gaikindo masih menunggu payung hukum dari pemerintah untuk merubah besaran lubang tangki bahan bakar tersebut.

“Sampai saat ini belum dapat feedback dari Kemenperin. kalau Kemenperin sudah dapat konfirmasi dari Pertamina mungkin baru akan keluarkan payung hukum bahwa semua LCGC mulai kapan semua [lubang tangki bensinnya] harus diperkecil karena nozzle Pertamina sudah dirubah,” katanya.

Sementara itu ATPM siap berbenah jika regulasi ini sudah diketuk palu. Suzuki misalnya, Davy menyatakan pihaknya akan selalu mengikuti regulasi yang ditetapkan Kemenperin. Namun hingga saat ini Davy belum menerima edaran resmi terkait hal ini.

“Sampai sekarang belum terima infonya. Mau tidak mau kita harus ikuti pemerintah. Kami dari Suzuki  tunggu dulu aturan dari pemerintah, baru kami akan bersikap,” ucapnya.

Hal senada pun dinyatakan Jonfis Fandy, Marketing & After sales Service Director PT Honda Prospect Motor. Bahkan pihaknya sudah bersiap diri secara teknis menyesuaikan perubahan lubang tangki dengan harga produksi.

“Hasil meeting terakhir ada wacana mendekati final dikasih waktu 3 sampai 6 bulan. Yang pasti kita akan ikuti. Sekarang kita lagi bahas detailnya saja, apa lehernya saja yang dikecilkan atau bibirnya saja. Yang pasti adalah penambahan biaya produksi, apalagi lehernya harus dikecilkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya