SOLOPOS.COM - Ilustrasi bursa mobil bekas (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, MALANG — Peluncuran mobil murah atau low cost and green car (LCGC) diduga bakal menggusur pangsa pasar mobil bekas karena selisih harga yang tidak terpaut jauh. Prediksi itu, Minggu (29/9/2013), diungkapkan Kepala Cabang Auto 2000 Malang Sukun Gede Arimbawa.

Dasar prediksinya, pangsa pasar mobil murah atau mini entry merupakan pasar baru, yakni konsumen mobil bekas dan pembeli mobil kali pertama. Pangsa pasar mobil selalu tumbuh karena kebutuhan serta peningkatan ekonomi masyarakat. “Pangsa mobil baru justru tidak terpengaruh dengan peluncuran mobil murah,” kata Gede di Malang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Wilayah PT Astra International Tbk-Daihatsu Jatim-Bali Hariya Albertus dalam suatu kesempatan di Malang juga mengemukakan prediksi pangsa mobil bekas bakal tergerus mobil murah karena alasan psikologis, yakni konsumen lebih senang mendapatkan mobil baru daripada mobil bekas. Lagi pula, harganya tidak terpaut jauh.

Namun, pemilik Sejati Mobil, showroom mobil bekas di Kota Malang, Havid, mengaku tidak yakin pangsa pasar mobil bekas bakal tergusur bersamaan dengan peluncuran mobil murah. “Kalau terjadi panik pasar, besar kemungkinan terjadi.”

Namun kepanikan tersebut diperkirakan hanya sementara, hanya sekitar 3 bulan. Setelah pasar mobil bekas akan kembali normal karena sudah mempunyai pangsa pasar yang kuat.

Selain itu, masyarakat juga akan melihat sisi kelemahan dari mobil murah. Jika kelemahannya terlalu banyak dibandingkan mobil konvensional atau non-program, maka mobil murah akan dijauhi pelanggan dan kembali memilih mobil bekas.

Nur Cholis Eko, pedagang besar mobil bekas di Malang, menambahkan yang harus dipahami bahwa mutu mobil murah jelas berbeda dengan mobil konvensional. Karena itulah ada beberapa spesifikasi dari mobil murah yang tidak ada bila dibandingkan dengan mobil non-program.

Kenyataan itu merupakan sisi lemah penjualan mobil murah. Karena itulah konsumen akan tetap melirik mobil bekas. Di samping itu, tambahnya, tidak semua kemampuan orang sama. Masyarakat banyak yang tidak mampu membeli mobil murah sehingga pilihannya jatuh pada mobil bekas karena harganya beragam.

Havid menegaskan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, apa yang disebut dengan mobil murah sebenarnya hanya bersifat sementara. Mobil tersebut lambat laun menjadi mobil konvensional karena harganya naik bersamaan ditambahnya beberapa fasilitas pendukung.

Bukti bahwa pangsa mobil murah dan bekas berbeda, kata Nur Cholis, terlihat dari penjualan mobil bekas sampai saat ini. Harga mobil bekas masih stabil, terutama untuk merek-merek favorit pasar.

Jika ada beberapa merek mobil bekas justru turun, bukan karena faktor peluncuran mobil murah melainkan karena citra mobil tersebut tidak bagus di pasar. Pengaruh citra pasar dalam menentukan harga mobil bekas sangat tinggi. Misalnya sebelumnya mobil berwarna putih harganya turun, kini justru tidak lagi.

Begitu juga mobil merek dan jenis tertentu justru turun jauh bila dibandingkan harga barunya. “Masalah pencitraan merek tertentu merupakan pekerjaan dari penjual mobil bekas yang pintar menggoreng-goreng harga mobil.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya