SOLOPOS.COM - Model memperlihatkan varian Toyota Agya yang resmi diluncurkan pada acara The 20th Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012, di Jakarta International Expo Centre, Kemayoran, Jakarta, Kamis (20/9/2013). (Alvari Kunto P/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Produksi mobil murah dan hemat energy segera dilakukan para pabrikan. PT Toyota Astra Motor (TAM) Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota di Indonesia mulai memproduksi produk mobil murah dan hemat energi Agya sebelum September 2103.

Presiden Direktur TAM Jhonny Darmawan menerangkan kepastian produksi tersebut setelah adanya kabar bahwa  Pemerintah telah selesai menggodok Petunjuk Tekhnis (Juknis) yang selama ini dinantikan oleh atpm yang sudah siap untuk terlibat dalam program tersebut.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

“Kita berharap Juknis bisa keluar sebelum ajang Indonesia International Motor Show September,” ujarnya saat dihubungi JIBI/Bisnis, Rabu (31/7/2013).

Dia mengatakan, selama ini pihak TAM sudah siap untuk memproduksi agya sebagai bagian dari program mobil murah dan hemat energi. Namun produksinya belum bisa dilakukan karena belum ada Juknis yang jelas tentang program itu.

Namun, ungkapnya, jika Pemerintah telah selesai menggodok Juknis maka dalam satu bulan setelah ada ketetapan jelas maka TAM akan langsung meluncurkan Agya ke masyarakat umum.

Hingga saat ini, dua pemain besar yang berada di bawah bendera Astra yakni Toyota dan Daihatsu telah siap untuk meluncurkan produk andalan mobil murah dan hemat energinya Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Bahkan kedua produk tersebut sudah mematok target dari 3000 unit hingga 5000 unit dalam produksi sebelumnya.

Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra menerangkan kepastian terkait keluarnya Juknis LCGC dari Pemerintah belum didengarnya. Namun, dia mengungkapkan bahwa Daihatsu sudah siap untuk memproduksi Ayla jika telah ada ketetapan resminya.“Kami belum tahu dan masih menunggu Juknis resminya,” ujar Amelia.

Sementara itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Budi Darmadi saat di hubungi belum merespons pertanyaan Bisnis.

Perlu Di Kaji Lagi

 Direktur Eksekutif Indonesia Effort for Environment (KPBB), Ahmad Safrudin, menerangkan program LCGC perlu dipertimbangkan lagi karena akan berdampak buruk pada kemacetan lalu lintas.

“Pemerintah mengambil kebijakan untuk kepentingan industri otomotif, serta negara asal pabrikan otomotif. Kebijakan ini jelas sangat disetir oleh kalangan industri. LCGC juga merupakan  lobi dari industri otomotif  yang kebanyakan dari Jepang,” ungkapnya kepada Bisnis.

Menurut dia, seharusnya pemerintah terlebih dahulu memperbaiki sistem transportasi di Indonesia khususnya Jakarta,  baru memperjuangkan kepentingan industri yaitu mengembangkan mobil LCGC. Namun, pada kenyataanya, Ahmad menilai pemerintah mengabaikan masalah kemacetan dan malah memicu pembelian mobil oleh masyarakat.

Pemasaran LCGC, sambungnya, akan mempercepat kemacetan total di Jakarta pada 2014. Jumlah kendaraan di Jabodetabek  yang  beroperasi di Jakarta mencapai 38,7 juta unit, terdiri dari 26,1 juta unit sepeda motor, 5,3 juta unit mobil, 1,3 juta unit bus, dan 6,1 juta unit.

“Beban devisa karena harus mengimpor minyak pun semakin besar. Ketersediaan minyak dalam negeri masih kurang dan kini diperparah dengan makin banyaknya konsumsi BBM oleh mobil-mobil dengan harga murah yang sangat diminati masyarakat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya