SOLOPOS.COM - Petugas menunjukkan kotak kosong saat melakukan lelang mobil dinas mantan Walikota Solo Joko Widodo di Pendapi gede Balikota Solo, Rabu (13/5/2015). Mobil Toyota Camry keluaran tahun 2002 tersebut dinilai terlalu mahal dengan harag penawaran Rp158 juta. (Sunaryo HB/JIBi/Solopos

Mobil eks Jokowi tak diminati. Alasannya, mobil dinas bekas Jokowi itu dilelang dengan harga tinggi.

Solopos.com, SOLO — Mobil eks Jokowi tak laku. Lelang mobil dinas Jokowi pada saat menjabat jadi Wali Kota Solo tak diminati. Alasannya, harga lelang yang terlalu tinggi. Pemkot Solo gagal mengantongi pemenang lelang yang digelar di Pendapi Gede Balai Kota, Rabu (13/5/2015).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Solopos.com, lelang bekas kendaraan dinas Pemkot dibuka pukul 10.30 WIB Rabu pagi. Sebanyak 49 unit kendaraan, rinciannya 27 unit mobil, sembilan unit mini dump truk dan truk, serta 13 unit sepeda motor dilelangkan.

Peserta berasal dari berbagai kalangan, termasuk sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) juga ikut lelang. Saat lelang berlangsung, peserta melakukan penawaran dengan cara memasukan harga ke dalam kardus yang sudah bertuliskan nomor dan plat nomor mobil yang dikehendaki.

Panitia lelang kemudian membacakan jumlah penawar dan harga penawaran yang ada di dalam kardus. Dari 28 kotak, delapan di antaranya kosong tak ada peserta yang mengajukan penawaran, salah satunya kotak penawaran mobil dinas bekas Jokowi. Mobil Toyota Camry buatan 2002 ini tak laku.

Kemahalan

Salah satu peserta, Misbachul Ali menyebut batas bawah nilai lelang mobil Jokowi terlalu tinggi, yakni dibandrol Rp158 juta. Akibatnya tak ada satupun peserta yang berani untuk memasukkan penawaran lelang. Padahal harga pasaran mobil sedan Toyota Camry buatan 2002 di bawah Rp100 juta.

“Terlalu mahal buka harganya. Kalau kita tawar, Rp60 juta sendiri tombok untuk bayar mobil itu. Di pasaran harganya hanya Rp90 jutaan,” kata dia.

Pemilik dealer Warna Warni Putra (WWP) ini, mengaku peserta lelang kebanyakan pedagang murni dan bukan kolektor. Peserta tak lagi memikirkan sisi sejarah keberadaan mobil tersebut.

Dia juga mengaku sebelumnya sudah melihat kondisi bekas kendaraan dinas yang dilelang. Meski kondisi baik, namun harga tawaran yang diajukan terlampau tinggi.

Dia hanya berani memasukkan penawaran mobil bekas ambulan serta mobil lainnya yang harganya dinilai realistis. “Mobil itu akan kita jual lagi, bukan untuk sendiri. Beda kalau kolektor carinya mungkin itu bekas mobil Jokowi,” kata dia.

Senada peserta lain, Mukhtar Safrudin juga tak berani memasukkan penawaran kendaraan dinas bekas digunakan Jokowi. Harga tawaran mobil terlampau tinggi dari harga pasaran menjadi alasan utama, dia tak mengajukan penawaran.

“Kalau Rp50 juta tak bayar sekarang. Wong harganya paling Rp80 juta, itu dijual sampai Rp158 juta. Jelas tidak ada yang berani menawar,” kata dia.

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto mengatakan penentuan harga mobil dilakukan oleh tim yang dibentuk panitia lelang. Sebelum menentukan harga, tim melakukan survei dan melihat harga pasaran. Sekda mengatakan belum akan mengevaluasi taksiran harga mobil dinas yang tak laku. Menurutnya, harga yang ditawarkan sudah realistis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya