SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam simulasi dan pelatihan mitigasi bencana yang digelar di sela Refleksi 9 Tahun Gempa Bumi DIY di Lapangan Paseban, Rabu (27/5/2015) sore. (JIBI/arian Jogja/Arief Junianto)

Mitigasi bencana perlu dilakukan menyeluruh

Harianjogja.com, SLEMAN– Kesadaran masyakarat terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana dinilai meningkat. Hal itu dilihat dari banyaknya partisipasi dan kegiatan masyarakat dalam konteks mitigasi bencana.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Sleman Joko Supriyanto menjelaskan, pemerintah terus mendorong semua masyarakat, tujuh desa dan 46 lembaga pendidikan berstatus siaga bencana. Tahun ini pun direncanakan delapan desa siaga bencana dirintis. Jumlah tersebut, lanjutnya, menunjukkan adanya tren positif di mana kesadaran masyarakat dan lembaga pendidikan untuk memberikan materi mitigasi bencana terus bertambah.

Hal itu dikarenakan wilayah Sleman merupakan kawasan sesar bencana. Sleman bahkan termasuk 136 kota di Indonesia yang memiliki indeks kebencanaan paling tinggi dengan skor 97. Pasalnya wilayah Sleman memiliki tujuh ancaman bencana, mulai dari erupsi Gunung Merapi, banjir hujan lahar, gempa bumi, tanah longsor, angin kencang (puting beliung), kekeringan dan kebakaran. Hingga kini, lanjutnya, desa siaga bencana dan 46 sekolah siaga bencana di wilayah Sleman.

“Upaya pengurangan risiko bencana memang menjadi tanggung jawab kami, tetapi keterlibatan masyarakat sangatlah penting. Sebab, bencana tidak memandang lokasi dan semua harus siap,” ucap Joko, Sabtu (11/2/2017).

Menurutnya, beberapa lokasi bencana sulit dipetakan akibat peningkatan pembangunan akhir-akhir ini. Begitu juga jenis bencana masih sukar diprediksi. Untuk itu, masyarakat lebih baik mengantisipasi ancaman bencana sedini mungkin. BPBD Sleman sendiri melakukan sejumlah langkah untuk antisipasi bencana. Untuk memantau aliran sungai terutama yang berhulu di Gunung Merapi, misalnya, saat ini terpasang sembilan Early Warning System (EWS) di sungai-sungai berhulu Merapi. Sebagian wilayah potensi bencana sudah dipetakan terutama di wilayah Kecamatan Prambanan.

Awal Februari ini, BPBD Sleman menjadikan status SMP N 2 Ngaglik, SMAN 2 Ngaglik dan SMKN 1 Depok termasuk salah satu sekolah siaga bencana. Program siaga bencana tersebut merupakan tindak lanjut status sekolah tersebut sebagai sister school. “SMAN 2 Ngaglik termasuk sister school. Sesuai kesepakatan, guru-guru kami siap membantu jika memang diperlukan,” ujar Kepala Sekolah SMKN 1 Depok Eka Setiadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya