SOLOPOS.COM - Kepala Pusat Seismologi BMKG, Jaya Murjaya menyampaikan materi dalam workshop Potensi Bahaya Gempa Bumi & Tsunami di Bandara Kulonprogo (NYIA) dan Metode Mitigasinya di gedung University Club (UC) UGM, Yogyakarta, Selasa (29/08/2017). Workshop ini memaparkan ancaman bahaya dan solusi mitigasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami atas pembangunan bandara di kecamatan Temon tersebut.(Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Mitigasi bencana perlu diberikan secara matang untuk menghindari hal yang tak diinginkan

Harianjogja.com, JOGJA — Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merilis peta gempa baru. Pada peta tersebut, sesar aktif yang teridentifikasi sejumlah 81 pada 2010, bertambah menjadi 295 sesar aktif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu orang yang terlibat dalam pengidentifikasian sesar aktif tersebut, Gayatri Indah Marliyani, mengatakan saat ini memang ada empat sesar yang membentang di wilayah DIY, antara lain Sesar Opak, Progo, Oyo, dan Dengkeng. Di antara empat sesar tersebut, baru Sesar Opak yang sudah teridentifikasi dengan baik sehingga Sesar Opak saja yang masuk dalam peta gempa baru. Sesar Opak ini membentang sejauh 34 kilometer (km) dari Bantul sampai Prambanan.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengatakan, alasan mengapa Sesar Opak diidentifikasi lebih dahulu karena adanya gempa 2006 membuktikan bahwa sesar itu aktif. “Dalam artian menyimpan potensi yang pasti akan terjadinya gempa di masa yang akan datang,” katanya saat dihubungi Harianjogja.com, Senin (4/9/2017).

Diakuinya, Sesar Progo memiliki bentangan yang lebih panjang dibandingkan Sesar Opak yaitu sejauh 35 km tetapi aktivitas seismiknya tidak terlalu signifikan atau lebih tenang dibandingkan Sesar Opak. “Maka Sesar Opak diprioritaskan untuk diteliti,” imbuh geolog dari UGM ini.

Namun hal tersebut tidak menjadikan para pakar berhenti melakukan penelitian. Kajian yang lebih mendalam pada Sesar Progo tetap dilakukan, dengan harapan segera memperoleh hasil yang baik dan segera dipublikasikan secara ilmiah kepada publik.

Perempuan 35 tahun yang masuk dalam Tim Pemutakhiran Peta Gempa Indonesia 2017 sebagai anggota Kelompok Kerja Geologi ini mengatakan, kekuatan sesar sebanding dengan panjang sesar tersebut. Semakin panjang sesarnya semakin besar gempa yang bisa dihasilkan ketika bergerak.

Sebagai perbandingan, katanya, sesar dengan panjang sekitar 34 kilometer (km) bisa mengakibatkan gempa sebesar M6.9. Sesar Opak memiliki panjang sekitar 34 km, Sesar Progo sekitar 35 km, Sesar Dengkeng sekitar 6 km, dan patahan Oyo sekitar 13 km. “Secara kasar, Sesar Progo dan Opak lebih besar kekuatannya. Ini dengan asumsi bahwa gempa yang terjadi menggerakkan keseluruhan sesar tersebut [sepanjang 35 km]. Bisa jadi juga pergerakan hanya terjadi pada sebagian saja sehingga gempa-gempa kecil yang terjadi,” katanya.

Akan tetapi perlu diingat bahwa sesar Progo, Oyo dan Dengkeng yang menunjukkan indikasi sesar aktif, masih memerlukan kajian yang mendalam sebelum bisa dinyatakan secara pasti bahwa sesar-sesar ini aktif dan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan wilayah. Kajian mendalam meliputi geometri sesar, sejarah kegempaannya, besaran magnitud maksimumnya, dan periode perulangan kegempaannya.

Dirilisnya peta gempa baru tersebut menurutnya memunculkan konsekuensi yang perlu ditanggung pemerintah. “Kalau kita berani mengeluarkan ada sumber gempa baru di sini, nanti pengaruh ke building code atau standar pembangunan. Begitu peta dikeluarkan, follow up-nya adalah peraturan daerah harus mengikuti [peta gempa] dari PUPR itu. Pembuat peraturan daerah harus mengadopsi dari Pusat,” katanya.

Menurutnya, dampak ke depan adalah bagaimana membuat daerah pemukiman yang berada di wilayah sesar tersebut memiliki bangunan tahan gempa. Baik untuk rumah lama dilakukan renovasi dan dibangun sesuai standar bangunan tanggap bencana ataupun untuk perizinan rumah baru harus disesuaikan dengan building code yang sesuai dengan standar nasional Indonesia yang mengacu pada peta gempa baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya