SOLOPOS.COM - Wujud atau bentuk mulut luweng yang berhasil ditemukan di Dusun Joho Kidul, Desa Joho, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Senin (15/2). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Luweng di Desa Joho, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, diperkirakan sempat hilang selama 40 tahun. Sampai saat ini belum bisa dipastikan apa penyebab pasti hilangnya lubang saluran air ke perut Bumi itu, kemungkinan besar tertimbun tanah.

Hal tersebut disampaikan kepala Desa Jogo, Pracimantoro, Wonogiri, Samrawi, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (17/2/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Kalau secara pasti belum bisa ditentukan berapa lama hilangnya. Kalau sesepuh atau orang pintar di desa itu untuk menyebut secara pasti sulit. Namun kira-kira lebih dari 40 tahun, mungkin bisa 50 tahun," kata Samrawi.

Baca juga: Begini Proses Terbentuknya Luweng yang Hilang di Pracimantoro Wonogiri 

Luweng tersebut ditemukan melalui pencarian dengan alat berat dan arahan dukun selama 11 hari. Pencarian dimulai pada Jumat (5/2/2021) dan berakhir pada Senin (15/2/2021).

Mulut luweng berdiameter sekitar 1,5 meter itu ditemukan di kedalaman 6,5 meter dengan cara dikeruk alat berat. Lokasinya di pekarangan Tukijan Dalang Patik. Tepatnya di samping rumah atau di belakang rumah warga setempat, Sarmo.

Baca juga: Mak Gruduk... 12 Sumur di Desa Jungkare Karanganom Klaten Ambles hingga 7 Meter

Mulut Luweng Hilang

Dikutip dari situs learning.upnyk.ac.id, wilayah karst di Wonogiri termasuk kategori karst transisi yang berkembang di batuan karbonat relatif tebal. Karst transisi memungkinkan perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasarnya tidak sedalam holokarst, sehingga proses evolusinya lebih cepat.

Haryono (2009) mendefinisikan karst sebagai lahan gersang berbatu yang biasa terbentuk dari proses pelarutan batuan. Wilayah karst memiliki relief dan drainase yang berbeda dari daerah lain.

Tanah gersang yang didomiasi batuan gamping ini memiliki dolina atau sinkhole atau biasa di sebut luweng dalam kondisi tertutup maupun terbuka. Air hujan yang jatuh di wilayah karst tidak bisa tertahan di permukaan tanah, melainkan masuk ke dalam jaringan sungai bawah tanah melalui ponor/luweng.

Baca juga: Bruuk.. RM Bu Djar Sragen Tertimpa Pohon Tumbang

Jika luweng hilang, maka air hujan bakal menggenangi wilayah permukaan karst, sehingga terjadi banjir. Dengan kata lain, luweng merupakan saluran alami yang berfungsi sebagai saluran serta penampung air di wilayah karst.

Lantas, mengapa mulut luweng menghilang? Hal ini bisa saja terjadi akibat sedimentasi dan erosi serta timbunan sampah.

Aliran sungai bawah tanah ini bisa saja tertutup yang menunjukkan adanya runtuhan. Oleh sebab itu membutuhkan pengamatan secara terus menerus, karena mencari mulut luweng tidak bisa dilakukan dengan mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya