Umum
Selasa, 19 November 2019 - 17:55 WIB

Misteri Pohon Ketos di Trucuk Klaten dan Kerajaan Tuyul Part 1

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pohon ketos di Trucuk, Klaten. (Youtube)

Solopos.com, KLATEN – Kisah turun-temurun ratusan tahun tentang kerajaan tuyul telah mengakar di masyarakat. Salah satunya berasal dari Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Di sana ada pohon ketos tua yang diyakini sebagai kerajaan tuyul.

Bagi sebagian orang, sebuah pohon ketos tua di Mbero, Palar, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, mungkin dianggap biasa. Tapi bagi sebagian lainnya, pohon tua itu diyakini merupakan kerajaan tuyul. Mitos kerajaan tuyul di pohon tua berusia sekitar 800 tahun itu telah tersebar ke berbagai wilayah.

Advertisement

Dusun Mbero berjarak 12 km dari pusat Kota Klaten, Jawa Tengah, dengan akses jalan yang cukup sempit. Pohon ketos tua di Mbero, Palar, Trucuk, Klaten, sangat tersohor di dunia klenik. Pohon ketos itu dikekelingi tembok tua yang dijaga seorang juru kunci.

Masyarakat yakin pohon ketos itu jelmaan Eyang Bhando, yang merupakan cucu Prabu Jayabaya yang membawa Kerajaan Kediri menuju masa kejayaan. Ada sejumlah mitos yang diyakini warga sekitar tentang pohon ketos tersebut. Salah satunya yakni pohon itu tidak bisa dibakar.

“Itu [pohon ketos] tidak kena api. Tidak terbakar,” kata Parto, juru kunci pohon ketos lima tahun lalu dalam video Solopos TV yang diakses Solopos.com, Selasa (19/11/2019).

Advertisement

Pohon ketos keramat itu sering didatangi warga setiap Jumat atau Sabtu. Peziarah bahkan berasal dari luar kota seperti Banten, Cirebon, hingga Jakarta. Mereka datang untuk mencari berkah alias pesugihan. Para peziarah yang datang harus melapor kepada juru kunci jika ingin mendekati pohon keramat itu.

Parto menjelaskan, peziarah yang ingin mencari berkah dari pohon ketos itu harus memenuhi beberapa persyaratan.

“Kalau mau minta perewangan ada syaratnya. Yang ada di rumah ngasih sesaji selama tujuh Jumat setiap malam Jumat berturut-turut. Sesajinya bisa pisang raja dua sisir, enteng-enteng brondong, bunga setaman, teh manis dua gelas, rokok dua batang, getok lantas madat itu tiap malam jumat berturut-turut,” sambung Parto.

Advertisement

Peziarah yang datang dilarang memetik daun pohon. Bahkan, warga sekitar juga tidak berani memetik daun pohon ketos sembarangan tanpa izin juru kunci.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif