SOLOPOS.COM - Jembatan Kali Gung atau Brug Abang di Tegal yang menjadi saksi bisu lokasi pembantaian pasca-proklamasi kemerdekaan Indonesia. (Youtube @Raja Langit Tegal)

Solopos.com, TEGAL — Jembatan Kali Gung di Desa Pesayangan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah (Jateng), oleh warga sekitar sering disebut juga dengan nama Jembatan Merah atau Brug Abang. Sebutan itu bukan tanpa sebab, banyak kisah misteri maupun sejarah kelam bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Kabupaten Tegal yang mengiringi keberadaan Jembatan Kali Gung itu.

Jembatan Kali Gung di Kabupaten Tegal ini tergolong jembatan yang sudah tua. Meski tidak bercat warna merah, banyak masyarakat di Tegal yang menyebut jembatan ini sebagai Brug Abang atau jembatan merah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Usut punya usut, penyebutan Brug Abang pada Jembatan Kali Gung di Tegal ini tak terlepas dari misteri dan kisah tragis terkait pembantaian ratusan orang di jembatan tersebut.

Diolah dari berbagai sumber, Jembatan Kali Gung di Tegal ini merupakan saksi bisu peristiwa berdarah yang dikenal sebagai Peristiwa Tiga Daerah atau juga disebut Pemberontakan Kutil. Peristiwa berdarah itu terjadi tiga bulan pasca-proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, atau November 1945.

Pemberontakan itu dipelopori seorang tukang cukur bernama Sakjani atau yang terkenal dengan julukan Kutil. Ia menggalang kekuatan untuk melakukan pembantaian terhadap para pejabat daerah, pamong praja, dan aparat kepolisian negara bekas pemerintahan penjajahan negara Jepang yang ada di tiga daerah, yakni Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Baca juga: Mencari “Tumbal” Pabrik Gula Tegal

Kelompok Kutil ini menangkap para pejabat daerah, pamong praja, hingga warga keturunan Belanda yang dianggap menentang kemerdekaan Indonesia. Bahkan konon, Raden Ajeng Kardinah, yang merupakan adik Raden Ajeng Kartini yang kala itu merupakan istri dari Bupati Tegal, nyaris menjadi korban gerakan ini sebelum akhirnya dilarikan ke Salatiga.

Padahal, kala itu Raden Ajeng Kardinah merupakan tokoh yang dianggap berjasa bagi masyarakat Tegal. Ia tidak hanya mendirikan sekolah tapi juga rumah sakit di Tegal. Meski demikian, Kardinah tak luput dari aksi kelompok Kutil.

Tombreng-Tombreng

Sementara itu, aksi kekejaman Kutil terus berlanjut. Ia membantai para korbannya dengan sadis. Korban yang ditangkap diarak ke Jembatan Kali Gung Tegal dengan disaksikan masyarakat umum. Bahkan, ia meminta warga untu membunyikan musik khas tombreng-tombreng saat proses eksekusi dilakukan.

Sesampainya di Jembatan Kali Gung, orang-orang yang ditangkap gerombolan Kutil ini kemudian dieksekusi dengan cara yang kejam. Darah para korban ini pun mengalir dari jembatan ke Sungai Kali Gung hingga aliran sungai menjadi berwarna merah. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi julukan Brug Abang di Jembatan Kali Gung Tegal.

Baca juga: Tegal Dijuluki Jepangnya Indonesia, Ini Sebabnya

Sementara itu, aksi pemberontakan Kutil ini pun akhirnya bisa dihentikan Pemerintah Indonesia pada tahun 1946. Kutil dan gerombolannya pun ditangkap hingga akhirnya dihukum mati pada tahun 1950-an di sebuah pantai di Pekalongan.

Meski peristiwa berdarah itu sudah lama berlalu, sejarah kelam yang terjadi di Jembatan Kali Gung, Kabupaten Tegal, itu pun akhirnya melahirkan sederet kisah misteri. Banyak warga yang mengaku kerap melihat penampakan para korban pembataian kelompok Kutil itu di Jembatan Kali Gung Tegal.

Bahkan berbagai peristiwa tragis yang terjadi di Sungai Kali Gung, seperti orang hanyut atau tenggelam, kerap dikait-kaitkan dengan misteri dari jembatan yang berada di Desa Pesayangan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal itu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya