SOLOPOS.COM - Gunung Slamet Banyumas

Solopos.com, PEMALANG — Gunung Slamet di Jawa Tengah adalah gunung berapi tertinggi kedua di pulau Jawa. Gunung ini membentang di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga dan Banyumas. Dilansir dari Liputan6.com, Kamis (18/11/2021), mitos yang paling dikenal dari gunung berapi ini adalah letusannya yang membelah pulau Jawa.

Nampaknya, mitos ini dipengaruhi letak Gunung Slamet yang berada di tengah Pulau Jawa dan kaki-kakinya menjangkau sisi utara dan sisi selatan sekaligus. Mitos terbelahnya pulau Jawa itu lambat laun luruh seiring kemajuan zaman. Namun, Gunung Slamet tetap memiliki sisi misterius yang belum terpecahkan hingga saat ini meski puluhan ribu mendaki sudah menjejakan kakinya di puncak gunung yang berada di ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Aktivis BUMDes dan pemerhati wisata desa, Ari Aji, mengatakan Gunung Slamet memang populer di kalangan pendaki, meski ada mitos bahwa gunung ini banyak menelan pendaki. Kemalangan yang dialami pendaki di antaranya seperti serangan hiportemia karena cekaman suhu dingin, kemudian hutan belantara yang tidak tertembus sehingga banyak pendaki yang hilang saat pendakian.

Baca Juga: Selain Dieng, 5 Wisata di Wonosobo Ini Tak Kalah Indah

Boleh jadi, mitos inilah yang melindungi Gunung Slamet dari kerusakan akibat perbuatan manusia. Oleh karena itu, banyak hutan-hutan lindung yang masih perawan alias belum terjamah di lereng Gunung Slamet. Karena banyaknya hutan yang masih asri di lereng gunung ini,  dipercaya  keberadaan harimau jawa yang sudah punah masih ditemukan.

Hal ini berdasarkan penetiian sekelompok penelti muda yang mengaku menemukan bukti-bukti adanya harimau jawa melalui feses, jejak kaki hingga cakaran harimau di pohon yang ada di lereng Gunung Slamet. Hal ini sempat menumbuhkan dorongan dari berbagai kalangan untuk menjadikan wilayah ini sebagai taman nasional.

Namun hingga kini,  keberadaan harimau jawa ini secara fisik belum terbuktikan. Spesies kucing besar yang acap kali terlihat hanyalah macan kumbang dan macan tutul. Terlepas dari benar tidaknya terkait keberadaan harimau jawa, fakta bahwa Gunung Slamet adalah ekosistem hutan lindung yang luar biasa tidak bisa dibantah. Oleh karena itu, secara turun-temurun, masyarakat sekitar secara arif berupaya menjaga dan melestarikannya.

Baca Juga: Asale Batu Ratapan Angin: Wanita Selingkuh Dikutuk Jadi Batu

Grebeg Pendakian Gunung Slamet Sebagai Upaya Pelestarian Alam

Salah satunya dengan ritual Grebeg Gunung Slamet yang merupakan tradisi wisata dan budaya yang berbalut muatan spiritual. Ketua komunitas Radenpala, Irma Anggraeni menjelaskan bahwa grebeg ini dilakukan dengan mendaki Gunung Slamet. Ritual grebeg pendakian ini dilakukan setiap memasuki bukan 1 Muharam.

Ritual pendakian diawali dengan laku bisu sejak pemberangkatan dari Pos Baturraden. Laku bisu adalah ritual mendaki tanpa bersuara. Sesampai di Pos 1, mereka akan menggelar dzikir, tahlil dan selamatan. Irma juga menjelaskan bahwa tradisi ini untuk mensyukuri berkah dari Tuhan. Di atas ketinggian Gunung Slamet, masyarakat berzikir untuk mengingat kebesaran Allah SWT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya