SOLOPOS.COM - Ilustrasi mendaki gunung (Basarnas.go.id)

Misteri gunung lawu menjadi cerita turun temurun yang cukup populer di kalangan masyarakat.

Solopos.com, SOLO – Mendaki Gunung Lawu ternyata tak cuma harus menaati pedoman teknis. Warga sekitar mengungkap, ada “sopan santun” yang harus dilakukan saat mendaki gunung yang akrab dengan kisah mistis ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemilik warung di sekitaran Lawu, Sardi, menceritakan pendaki banyak yang tidak memahami berbagai larangan tidak tertulis yang harus dipatuhi. Misalnya ketika akan mendaki gunung Lawu adalah  dilarang mengucapkan kata kesel (capai) ketika sedang dalam perjalanan menuju puncak.

“Tidak boleh ngresula [mengeluh], capai, nanti tiba-tiba stamina kita akan mendadak menurun. Jika berkata dingin maka kita akan kedinginan,” jelasnya seperti dilansir Okezone 2014 silam.

Seperti kebanyakan gunung yang ada di Indonesia yang kental dengan aura mistisk, gunung Lawu memiliki pasar yang di sebut pasar setan. Yaitu pasar yang tak terlihat dengan kasat mata. Hanya terdengar suara ramai saja. Dan tidak semua orang bisa mendengarnya.

Selain  mendengar berbagai cerita mistik dari para pendaki yang istirahat di warung miliknya, Sardi juga pernah mengalami hal yang sama sewaktu mudanya dulu.

“Dulu saya pernah sekali mengalami. Makanya jika sedang mendaki dan mendengar suara berbahasa Jawa yang menanyakan arep tuku apa mas, [beli apa mas] segera saja buang uang berapa saja. Yang pasti buang di sekitar tempat di mana kita mendengar suaranya. Terus petik daun di sekitar tempat itu seperti kita sedang belanja,” terangnya panjang lebar.

Selain Kyai Jalak sebagai penunjuk jalan, kadang kala juga muncul kupu-kupu berwarna hitam, namun di tengah kedua sayapnya terdapat bulatan besar berwarna biru mengkilap.

“Katanya jika melakukan pendakian, melihat kupu-kupu dengan ciri seperti itu adalah pertanda bahwa  kehadiran pendaki  disambut baik [diijinkan] oleh penjaga Gunung Lawu.  Jangan pernah  menganggu, mengusir dan membunuhnya,” ungkapnya.

Dan yang paling penting adalah pantangan mengenakan baju berwarna  hijau daun, dan dilarang mendaki Puncak Lawu dengan rombongan yang berjumlah ganjil.

“Jangan naik puncak jika jumlah pendakinya ganjil,  takutnya nanti akan tertimpa kesialan. Satu hal lagi yang harus diingat, jika tiba-tiba ada  ampak-ampak [kabut dingin] yang di barengi suara gemuruh, jangan nekat naik.  Turun saja atau berbaring tertelungkup di tanah,” pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya