SOLOPOS.COM - Roti gaplek Inagiri poduk asal Wonogiri (istimewa/Instagram)

Solopos.com, SOLO--Di antara sekian banyak kuliner lezat di Kabupaten Wonogiri, produk roti gaplek Inagiri memberi nuansa tersendiri.

Makan roti atau kue yang terbuat dari tepung terigu sudah hal biasa, tapi kalau roti yang terbut dari tepung singkong pasti lebih istimewa. Mengingat singkong adalah salahsatu hasil bumi andalan Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun sayang, di balik melimpahnya komoditas singkong atas cassava saat musim panen tiba. Para petani biasanya akan kesulitan memasarkan hasil panennya. Bukan tempat memasarkan, melainkan rendahkan nilai jual yang akan diterima petani singkong saking banyaknya komoditas tersebut di pasaran.
Melihat fakta itu, seorang warga Gunungsari, Jatisrono, Wonogiri tergerak untuk membantu petani mengatasi masalah ini.

“Kalau panen tiba petani hanya bisa menjual singkong Rp500-Rp700 per kilogramnya. Harga ini sangat jauh yang diharapkan petani dan tidak sebanding dengan kerja keras mereka menanam hingga memanen,” jelas Yadi.

Untuk itu dia berpikir keras agar bisa membantu petani dengan cara membeli hasil panen singkong mereka. Di sisi lain, dia ingin tetap membuat produk yang bisa diterima masyarakat.

"Semula saya punya usaha cake and bakery sejak 2004 yang bahan utamanya dari tepung terigu. Kemudian kami mulai mencampurnya dengan tapioka,” ujar Yadi ,45, saat dihubungi solopos.com, Minggu (23/8/2020).

Namun tak berhenti sampai di situ. Yadi ingin membuat kue yang 100 persen bahannya terbuat dari bahan tepung singkong. Untuk membuat Yadi, pembikin roti gaplek, mengaku butuh setahun untuk menemukan resep yang pas untuk roti gapleknya.

Kemudian dia mencoba membuat kue dari bahan modified cassava flour (mocaf). Ia lalu mencoba membikin cookies berbahan mocaf yang dibeli dari warga sekitar pabrik. Namun, hasilnya tak memuaskan. Yadi pantang menyerah. Ia terus berusaha menemukan spesifikasi mocaf yang sesuai keinginannya. “Saya berulang kali gagal. Mungkin 50-an kali lebih,” ujar dia.

Jajal Destinasi Wisata Viral Mata Langit, Ganjar: Berat Tapi Luar Biasa

Meraih Beragam Penghargaan

Yadi (baju merah) saat menerima penghargaan dari Menteri Ristek Dikti Mohammad Nasir sat Malam Apresiasi Hakteknas yang digelar di Denpasar, Bali pada 27 Agustus 2019 lalu. (Istimewa/Instagram)
Yadi (baju merah) saat menerima penghargaan dari Menteri Ristek Dikti Mohammad Nasir sat Malam Apresiasi Hakteknas yang digelar di Denpasar, Bali pada 27 Agustus 2019 lalu. (Istimewa/Instagram)

Yadi lalu berinovasi soal kemasan dan teknik pemasaran secara digital. Selain menjual ke toko-toko dengan sistem konsinyasi, tetapi dijual secara dalam jaringan (daring) dengan sistem agen dan reseller.

Roti gaplek Inagiri memiiki sejumlah varian rasa, yakni cokelat mete, cokelat kayu manis, brownies mete, dan cokelat jahe. Tak disangka, kobinasi singkong dan mete, varian cokelat mete, menjadi produk terlaris di pasaran.

Keberhasilan Yadi pun mendapat pengakuan dan apreasiasi dengan sejumlah penghargaan. Bapak 4 anak ini antara lain mendapatakn UKM Pangan Award tingkat Nasional, Juara II Labda Kretya Tingkat Nasional dari Kemenristekdikti, Juara Utama dan Juara Favorit Krenova Jawa Tengah (Jateng), serta 10 Besar di The Big Start Blibli.com.

Namun bagi Yadi pencapaian kesuksesan bukan semata diukir dari materi atau penghargaan.. Kesuksesan menurut Yadi akan lebih bermakna apabila bisa membantu sesama.

“Mungkin kalau orang melihat atau menilai saya sudah berhasil dengan apa yang sudah saya dapatkan. Untuk diri sendiri mungkin iya, namun untuk bisa membantu atau memberdayakan orang-orang sekitar mau jauh dari cukup,” ujar Yadi.

Okupansi Hotel Berbintang Di Soloraya Membaik, Protokol Kesehatan Diperketat

Tetap Semangat dalam Badai Pandemi

Namun usaha Yadi mendapat pukulan cukup akibat dampak pandemi Covid-19 saat ini. Anjloknya permintaan pasar baik offline maupun online memaksa dia untuk mengurangi jumlah karyawan.

Di tengah kondisi ini, kreativitas Yadi seolah kembali diuji. Dia lantas membuat produk lain yang lebih terjangkau. “Saat ini pasar sedang lesu, bahkan stuck. Akhirnya kami berusaha membuat produk baru lagi agar kami terus bergerak,” ujar Yadi.

Menurut Yadi, bila ingin tetap bertahan atau survive dalam kondisi sulit seperti saat ini, dirinya tidak boleh egois.  “Kita tak bisa memaksa pasar untuk membeli produk kita, sebaliknya kita yang mesti mengikuti pasar dengan inovasi dan kreativitas,” ujar Yadi.

Kesulitan dan perjuangan memang bukan hal baru bagi Yadi. Sejak kecil, Yadi sudah terbiasa hidup penuh perjuangan karena harus terbelenggu kemiskinan.
Namun hal itu tidak membuatnya terpuruk, sebaliknya dia sikapi secara positif untuk menempa diri sekaligus menumbuhkan empati.

Tak sekadar mencari kesuksesan atau materi untuk diri sendiri, dengan merek Inagiri Yadi ingin lebih banyak memberi arti bagi sesama khususnya warga Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya