SOLOPOS.COM - Para pendaki mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang akan mendaki Himalaya.

Pendakian yang dilakukan dalam sebuah ekspedisi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) selalu membawa misi, lebih dari sekedar menancapkan bendera merah putih, atau berfoto pada tugu penanda puncak sebuah pegunungan. Seperti yang dilakukan oleh Tim Ekspedisi internasional “Peak of The Ancestor” Mapala Universitas Gadjah Mada (Mapagama) 2016. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Uli Febriarni.

Tim Mapagama sendiri, sedianya akan melakukan pendakian ke salah satu puncak tertinggi pegunungan Himalaya, yakni Gunung Stok Kangri yang berada di ketinggian 6153 mdpl, di India. Dalam ekspedisi yang dilakukan pada Agustus 2016 ini, mereka memang akan mengibarkan bendera merah putih tepat pada hari kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2015.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Satu yang tak biasa, eskpedisi akan melibatkan empat orang pendaki Mapagama yang kesemuanya adalah perempuan. Mereka ini adalah Dita Novita Sari dari Fakultas Psikologi, Eva Lutviatur Rohmah Ningsih dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ria Verentiuli seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya dan Chordya Iswanti dari Fakultas Pertanian. Mereka didampingi oleh satu official team yaitu Banu Iqra dari Sekolah Vokasi UGM.

Bukan tanpa alasan mereka terpilih menjadi empat pendaki Stok Kangri, melainkan mereka dianggap telah lolos seleksi ujian fisik dan mental. Karena tim menilai, kuat secara fisik tak akan cukup, untuk menghadapi gunung yang memiliki karakter khas ini. Mental yang kuat juga harus menjadi syarat utama.

Ketua Ekspedisi Mapagama 2016 Muhammad Fadil Ramadhan pada Rabu (23/3) mengatakan, ada misi lain di sana. Fadil menerangkan, ada banyak hal unik yang dimiliki Gunung Stok Kangri. Selain pendakian gunung es, mereka juga mengetahui ada sebuah gurun yang berada di ketinggian. Keunikan-keunikan lain di Ladakh, juga akan menjadi alasan mereka mengeksplorasi potensi sumber daya di sana. Harapannya, hasil eksplorasi ini bisa saja disusun menjadi sebuah tulisan, untuk memperkaya khazanah keilmuan.

Misi lain yang mereka bawa, kampanye stop kekerasan terhadap perempuan. Sejauh yang mereka ketahui, perempuan di Indonesia dan India masih kerap juga mendapatkan tindakan kekerasan dan pelecehan.

“Perempuan masih kerap dianggap sebagai kaum yang lemah, kita [Indonesia] sebagai warga dari negara sahabat, ingin menunjukkan bahwa kita bisa melakukan sesuatu. Ini menjadi sebuah perjuangan Hak Asasi Manusia,” ungkapnya.

Fadil juga berharap eskpedisi yang didanai dari rektorat, dana usaha dan sponsoship ini akan mengharumkan nama UGM dan Indonesia di dunia internasional, serta semakin meramaikan olahraga alam bebas.

Hingga saat ini persiapan baik fisik dan mental telah dilakukan oleh tim. Mulai dari jogging, sit up, push up, back up, yoga dan materi kelas, keempat pendaki ini juga melakukan try out dengan mendaki gunung tiga kali dalam sebulan. Selama pelatihan, tim menilai mereka memang istimewa, kedisiplinan, komitmen ada pada mereka.

Setelah mengibarkan sang saka di atas puncak Stok Kangri, tim akan turun pada 19 Agustus 2016. Sadar berada di negeri orang, tak lupa mereka juga menggunakan jasa agen perjalanan serta porter, yang berasal dari warga setempat.

“Kami juga banyak belajar dan share dengan senior-senior, yang sudah lebih dahulu mendaki gunung es,” ucap Fadil.

Sementara itu, Koordinator UGM International Expedition III Rizal Fahmi Priyono menyebutkan ekspedisi “Peak of The Ancestor” merupakan ekspedisi internasional UGM yang ketiga dilakukan oleh Mapagama UGM. Sebelumnya pihaknya telah melaksanakan ekspedisi internasional pertama “River of Gold” di Nepal, dan ekspedisi internasional kedua “Rock of Pyramid” di China 2013 silam. Menurut rencana pendakian di Stok Kangri akan dimulai pada 5 hingga 22 Agustus 2016 mendatang.

Pelaksanaan ekspedisi internasional UGM yang ketiga ini dikatakan Rizal juga sebagai bentuk peringatan 71 tahun kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga sebagai kegiatan lanjutan dari pelaksanaan rangkaian ekspedisi-ekspedisi yang telah dilaksnaakan 2013 lalu. Adapun puncak rangkaian ekspedisi ini akan bermuara pada perayaan 50 tahun MAPAGAMA ‘Untuk Manusia, Alam, dan Kebudyaan’ pada 2023 mendatang.

Butuh Setahun Meyakinkan Keluarga

Perempuan, gunung dan luar negeri. Rasanya tiga frasa yang bisa saja berpadu menjadi sebuah alasan kekhawatiran dari keluarga, untuk melepas Eva Lutviatur Rohmah Ningsih berangkat mendaki Stok Kangri.

Gadis kelahiran Jombang, 18 September 1995 ini menerangkan bahwa mendaki Gunung Stok Kangri menjadi pengalaman pertama baginya untuk mendaki gunung yang berada di luar negeri. Eva menuturukan bahwa orang tua begitu khawatir dengan rencana pendakian ini. Alasannya, kegiatan alam bebas membawa resiko yang begitu besar.

“Tapi lama kelamaan mereka akhirnya mengerti, baru pada awal 2016 mereka benar-benar ikhlas [mengizinkan saya mendaki],” terang pecinta caving itu.

Eva sendiri juga memandang pengalaman ini sebagai wadah baginya untuk berproses dan belajar. Untuk memahami karakter satu tim dan cara menguatkan mental, memanajemen waktu, serta melatih fisik menjadi lebih tangguh.

Pendaki yang lain, yaitu Chordya Iswanti merasa istimewa mendapat kesempatan dan tak hentinya menghaturkan rasa syukur. Karena sudah diberi kepercayaan dan kesempatan untuk menjadi bagian dari tim. Terlebih lagi semua pendaki adalah seorang perempuan.

“Buat saya, ini lebih seperti pembuktian bahwa peremppuan itu bisa, tidak semua perempuan mendapatkan kesempatan ini. Saya terinspirasi oleh semangat R.A. Kartini, tanggung jawab saya dan teman-teman juga besar untuk mewujudkan mimpi Mapagama, mengibarkan merah putih di puncak Stok Kangri,” ungkapnya.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat dan Protokol UGM Iva Ariani menyatakan pihaknya bangga dengan agenda Mapagama. Karena mahasiswa UGM tidak hanya dididik unggul dalam pendidikan formal, melainkan juga diharapkan memiliki jiwa dan semangat peduli terhadap lingkungan.

“Acara pendakian ke gunung Stok Kangri salah satu contoh kepedulian mahasiswa UGM terhadap lingkungan dan jagad raya. Mahasiswi yang terlibat dalam kegiatan tersebut membuktikan bahwa untuk memiliki jiwa dan semangat peduli bisa dilakukan oleh siapa saja, laki-laki atau perempuan,” ungkapnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya