SOLOPOS.COM - Ketua Penggerak PKK Karanganyar Siti Khomsyah. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Penolakan masyarakat terhadap program vaksinasi atau imunisasi pada bayi masih saja ditemukan di Kabupaten Karanganyar. Ironisnya, penolakan program pemerintah ini telah menyebar di 17 kecamatan.

Ketua Tim Penggerak PKK Karanganyar, Siti Khomsyah, mengatakan kader PKK kerap mendapati resistensi sekelompok masyarakat terhadap vaksinasi pada bayi. Kondisi ini menyulitkan upaya pencegahan penyebaran berbagai macam penyakit, tak terkecuali hepatitis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Data Pokja IV PKK yang membidangi kesehatan menyebutkan dulu penolakan imunisasi dan vaksinasi ditemukan di wilayah Karanganyar kota, Jatiyoso dan Tawangmangu. Namun kini penolakan program vaksinasi ditemukan di 17 kecamatan.

“Ini cukup menyulitkan dalam mendukung program pemerintah,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com di Pendapa Rumah Dinas (Rumdin) bupati Karanganyar belum lama ini.

Istri Bupati Karanganyar, Juliyatmono, ini menyampaikan kader PKK menjadi salah satu ujung tombak dalam setiap pelaksanaan program pemerintah. Para kader PKK ikut menyosialisasikan ke masyarakat agar setiap program bisa berjalan sukses tanpa kendala.

Baca Juga: Siapkan Dana, Segini Kisaran Harga Imunisasi Dasar Anak di Rumah Sakit

Jika mendapati resistensi penolakan, kader akan melakukan pendekatan personal. Pendekatan sekaligus memberikan pemahaman tentang program vaksinasi.

“Penolakan vaksinasi oleh orangtua ini bisa memberi celah masuknya virus, termasuk hepatitis. Mudah-mudahan virusnya tidak ditemukan di Karanganyar,” katanya.

Sesuai arahan dari Pokja IV PKK, vaksinasi hepatitis B idealnya diberikan pada bayi usia 0, satu bulan dan enam bulan. Tiap bulan, kader posyandu mencermati tumbuh kembang anak.

Bahkan di masa pandemi Covid-19, kader secara door to door mendekati masyarakat yang menolak vaksin. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, terdapat mekanisme pemberian surat pernyataan. Isinya bakal menanggung semua risiko bilamana terjadi penularan penyakit.

Baca Juga: Catat! Ini Jadwal Imunisasi Dasar Bayi, Jangan Terlewat Ya

“Kebanyakan mereka yang menolak vaksin karena keyakinan. Kader PKK sampai bilang vaksinasi tidak haram. Kalau ada apa-apa, pemerintah yang menanggung dosanya,” katanya.

Tips Cegah Hepatitis

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Purwati, mewaspadai penyakit hepatitis akut pada lingkungan pendidikan. Sekolah harus mematuhi protokol kesehatan saat melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM).

“Tipsnya mencegah hepatitis akut dengan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengonsumsi makanan dan minuman yang matang sempurna,” bebernya.

Selain itu tidak menggunakan peralatan orang lain melainkan gunakan milik pribadi. Mengenakan masker, menjaga jarak dengan teman yang sedang sakit, serta rutin membersihkan benda yang disentuh.

Baca Juga: Diduga Terjangkit Hepatitis Akut, Bayi asal Jateng Dirawat di DIY

Dia memastikan bahwa hingga kini belum menerima laporan mengenai adanya masyarakat yang menderita hepatitis akut. Gejala hepatitis akut di antaranya demam disertai diare, mual, muntah dan sakit perut.

Indikator lainnya yaitu jika angka SGPT atau Serum Glutamat Piruvat Transaminase dan SGOT atau Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase di atas 500. Apabila masyarakat menemukan gejala awal tersebut agar membawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya