SOLOPOS.COM - Pemandangan Lake Brienz di Swiss yang disebut mirip dengan Pemandangan Waduk Pidekso. (holidaystoswitzerland.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemandangan atau view Waduk Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, dinilai seperti view di tempat wisata Lake Brienz, sebuah danau di Swiss.

Waduk dengan luas genangan 209 hektare itu dipandang potensial dijadikan destinasi wisata unggulan setelah objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM). Bahkan, kedua waduk besar tersebut dinilai dapat dijadikan ciri khas daerah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bahasan mengenai Waduk Pidekso mengemuka dalam gelar wicara virtual bertema Mewujudkan Ambisi Wisata Air di Waduk Pidekso yang disiarkan langsung akun Youtube Solopos TV, Jumat (18/2/2022) pukul 19.00 WIB-20.30 WIB.

Acara yang dipandu Pemimpin Redaksi Solopos Media Group (SMG), Rini Yustiningsih, itu menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengambengan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo; Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Agus Rudyanto; Vice President Tourism Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Solo, Mirza Ananda; dan Praktisi pariwisata/Ketua Yayasan Pendidikan Widya Nusantara, Astrid Widayani.

Baca Juga: Jalan Relokasi Belum Jadi, Warga Seberangi Waduk Pidekso Wonogiri

Mirza dan Astrid menyebut pemandangan Waduk Pidekso seperti Lake Brienz karena dikelilingi deret pegunungan. Keberadaan gugus pegunungan itu menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Astrid, Waduk Pidekso dapat dijadikan destinasi wisata yang mengutamakan pemandangan (lake view). Menurutnya, ada tiga skema pengembangan wisata yang dapat diterapkan, yakni manajemen secara general, pengembangan post Covid-19, dan optimalisasi digitalisasi pariwisata.

Dalam konteks manajemen secara general, ada tiga hal yang harus dipegang, yakni sistem manajemen, maintenance atau pemeliharaan, dan man power atau sumber daya manusia (SDM). Faktor maintenance menjadi permasalahan tersendiri bagi tempat wisata di Indonesia.

Tempat wisata sudah dibangun bagus dan fasilitas lengkap, tetapi tidak terawat dengan baik. Astrid berharap hal tersebut menjadi catatan agar ke depan Waduk Pidekso sebagai destinasi wisata tetap terawat.

SDM dan Performa Tempat Wisata

Terkait dengan SDM, Astrid menyebut peran SDM tak terlihat, tetapi sangat krusial karena menyangkut pelayanan. Jika SDM tak dilatih dengan baik akan mempengaruhi performa tempat wisata, baik dari aspek kebersihan maupun pelayanan.

Baca Juga: Ada Bocah Meninggal, Aturan Waduk Pidekso Wonogiri Diperketat

“Berbicara pariwisata dalam konteks sekarang, tentu berbeda dengan dengan pariwisata sebelum ada pandemi Covid-19. Objek wisata di masa atau setelah pandemi Covid-19 perlu diatur sedemikian rupa. Misalnya, saat momentum Lebaran nanti bukan tidak mungkin akan banyak pemudik yang akan berkunjung ke Waduk Pidekso [yang belum dibuka secara resmi]. Perlu ada kebijakan pengelola dan pemerintah,” ulas Astrid.

Salah satu pengaturan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, seperti slow travel. Astrid memberi contoh penerapan pengaturan slow travel yakni para pengunjung tidak langsung dimasukkan ke area wisata dalam satu waktu. Masing-masing kelompok pengunjung dimasukkan ke area wisata secara bergiliran dengan jeda waktu tertentu. Hal itu untuk mengurangi kerumunan.

“Kemudian di era sekarang ini, otpmalisasi digitalisasi di sektor pariwisata penting sekali. Pengunjung Waduk Pidekso sudah memberi penilaian di Google Review dan Google Maps. Ada yang memberi nilai satu bintang. Ini sayang sekali. Padahal, Waduk Pidekso belum diluncurkan [belum dibuka untuk umum]. Mungkin ada informasi yang belum sampai kepada pengunjung. Penilaian dan komentar yang masuk bisa menjadi aset untuk pengembangan, karena itu aspirasi pengunjung,” ujar Astrid.

Baca Juga: Warga Dilarang Beraktivitas di Waduk Pidekso, Mancing Pun Tak Boleh

Dia memandang, perlu juga mengoptimalkan Google Search Engine Optimizer. Di dalamnya dapat diisi informasi, seperti mengenai jarak antara bandara dengan Waduk Pidekso. Astrid mengaku sudah mengecek. Jarak antara Waduk Pidekso dengan Bandara Adi Sumarmo, Solo dan dengan Bandara Adisutjipto, Jogja sama-sama lebih kurang dua setengah jam.

Informasi lain yang bisa dimasukkan dalam Google Search Engine Optimizer adalah deskripsi tentang objek wisata, fasilitas yang dimiliki, dan lainnya.

Pola Perjalanan

Sementara itu, Mirza, memandang Kabupaten Wonogiri bisa menjadi salah satu bagian dari travel pattern di wilayah selatan. Travel pattern adalah suatu pola perjalanan yang dirancang, dibangun, dan dikemas menjadi komoditas yang layak untuk dinikmati.

Mirza menyebut, Kabupaten Wonogiri memiliki modal, karena menjadi salah satu daerah yang dilintasi jalur lintas selatan (JLS) yang menghubungkan Jawa Barat-Jawa Timur-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah yang dilewati, yakni Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, dan Giriwoyo.

Baca Juga: Keren, Waduk Pidekso Wonogiri akan Dilengkapi Perahu hingga Jetski

“Dari diskusi saya sebelumnya dengan dinas terkait [Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata] di Kabupaten Wonogiri terdapat 12 pantai pasir putih yang belum terjamah. Sekarang ada Waduk Pidekso. Jika dilihat dari foto-fotonya seperti Lake Brienz, Swiss, karena lanskapnya waduk dan deret pegunungan. Di wilayah selatan Wonogiri juga ada Museum Karst. Ini layak jual sekali sebenarnya,” kata Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya